NYALANYALI.COM, Wisata Religi – Pohon-pohon besar yang mengelilingi kawasan makam itu membuat teduh suasana di Makam Pangeran Jayakarta. Makam yang berada di Jalan Jatinegara Kaum Raya, tepatnya di RT 06/03 No 49, Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, berada dalam kompleks Masjid Jami Assalafiyah.
Masjid Assalafiyah didirikan oleh Pangeran Jayakarta pada 1620. Dahulu, di kawasan ini Pangeran Jayakarta, selain melakukan syiar agama, dari masjid ini pula pangeran melakukan jihad melawan kolonialisme Belanda.
Kawasan Jatinegara Kaum menjadi tempat pelarian pangeran berdarah Banten ini sertelah dipukul mundur pasukan Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoen Coen. Diceritakan dalam sejarahnya, pasukan Belanda mengira Pangeran Jayakarta sudah mati tercebur ke sumur. Padahal yang tercebur ke dalam sumur hanya jubah pangeran yang sengaja dilemparkannya untuk mengelabui pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang melihat ada jubah di sumur langsung melepaskan tembakan bertubi-tubi.Sumur tempat membuang jubah Pangeran Jayakarta sekarang berada di kawasan Mangga Dua, itu sebabnya lokasi Jalan Pangeran Jayakarta sekarang berada di kawasan tersebut.
Walaupun sudah sering dilakukan pemugaran, namun bangunan Masjid Assalafiyah masih tetap mempertahankan keasliannya. Bangunan asli yang terdiri dari empat pokok, mulai dari kayu jati hingga atapnya, bahkan genting dan kubahnya masih asli terbuat dari kayu jati dan belum diubah ini dan masih dipertahankan keasliannya.
Kini, Masjid dan komplek Makam Pangeran Jayakarta telah ditetapkan menjadi cagar budaya dan suaka peninggalan sejarah, yang pengelolaannya berada di bawah pengawasan dinas kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta.
Di area seluas 7.000 meter persegi ini, selain makam Pangeran Jayakarta, kita juga dapat melihat makam puteranya yang bernama Pangeran Lahud, makam kerabat Pangeran Surya, dan kerabat pasangan suami istri Pangeran Sobir dan Ratu Rofiah.
Sekarang, Masjid Jami Assalafiyah dan Makam Pangeran Jayakarta pun menjadi tempat wisata ziarah masyarakat umum. Tiap tahun makam dan masjid ini, selalu dikunjungi para peziarah, rombongan anak sekolah, peziarah, hingga kaum musafir. Biasanya para peziarah banyak berkunjung setiap malam Jumat. Dan, tentu setiap hari jadi kota Jakarta pada 21 Juni, Gubernur yang menjabat selalu menyempatkan diri berziarah ke makam Pangeran Jayakarta
Tak hanya warga Jakarta saja yang datang untuk berziarah ke makam ini, banyak pula peziarah yang datang dari luar daerah seperti dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan wisatawan mancanegara dari negaranegara Eropa seperti Inggris dan Belanda pun tak sedikit yang berkunjung ke makam ini.
Sejak sang pangeran wafat dan dimakamkan pada 1640, keberadaan makam Pangeran Jayakarta tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Semua kerabat dan keturunan Pangeran Jayakarta menutup rapat-rapat segala informasi tentang keberadaan makamnya. Rahasia terus dijaga dari generasi ke generasi selama lebih dari tiga abad.
Rahasia penyembunyian makam yang begitu lama memang merupakan amanat dari Pangeran Jayakarta sendiri kepada para penerusnya untuk menyembunyikan keberadaan makamnya sampai penjajah Belanda benar-benar hengkang dari bumi Nusantara. Masjid Jami Assalafiyah dan Makam Pangeran Jayakarta sejak tahun 1961 diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai cagar budaya. Baru pada zaman Henk Ngantung, Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965, keberadaan makam Pangeran Jayakarta diungkapkan kepada masyarakat umum.
ERWIN G