SEGELAS ES TEH MANIS

NYALANYALI.COM, Kisah – Sebulan lalu, bukan nasi warteg dengan sevis “touch screen”, tunjuk ini itu, geserkan jari di kaca etalase kemudian muncul sepiring nasi, oseng kangkung, telur dadar, orek tempe, perkedel, sambal merah menyala bisa menggoda.

Sebulan lalu, tahu isi dan rekan-rekannya satu komplotan jenderal tempe mendoan, bakwan bala-bala si pengusaha, menteri ubi goreng tepung, gerombolan pisang goreng anggota dewan, sampai molen artis molek rupawan yang menarik perhatian.

Sebulan lalu, bibir kering segersang gurun, perut penuh orkestra keroncong langgam lama, ludah senyap kerontang, malas banyak bicara, tak sering pula ke toilet jadinya seusai prinsip ekonomi tak ada pemasukan maka tak kan ada pula pengeluaran.

Sebulan lalu menunggu bedug dan azan maghrib seperti menanti kehadiran pacar, semakin senja, semakin lama, semakin ditunggu semakin deg deg an saja. Banyak hal yang dikerjakan, tapi bedug dan azan maghrib itu muara penantian.

Sebulan lalu, segelas es teh manis paling menantang iman. Membayangkan, suara es batu yang diaduk, bergemeletak di air teh yang terbayang manis rasanya. Embun-embun muncul di gelas, terbayang pula betapa dingin dan segarnya es teh manis itu. Disentuh sedikit saja gelas itu, merambat efeknya ke seluruh tubuh, wah weh wow ingin cleguk cleguk tak bisa dijabarkan dalam kata-kata. Tenggorokan sudah histeris menanti dibuatnya.

Puasa berlalu.

Kisah segelas es teh manis segera terlupakan. Sensasinya jadi datar saja. Tak ada istimewanya. Suara adukan es batu di dalamnya, tak efek apa-apa. Es teh manis jadi merana karena dia tak lagi jadi primadona, setidaknya dalam benakku saja.

Itulah kita ternyata. Selalu mengharapkan yang tak ada, tak tersentuh, tak punya, dalam jangkauan mimpi semata. Kemudian berusaha dengan segala cara, yang terang bahkan gelap diterabas semua. Jika sudah tercapai, lupa semua. Inginkan lagi yang lainnya yang tak ada. Tercapai lagi, lupakan kembali semua apapun sebelumnya. Terus menerus mengharap yang belum bisa. Begitu seterusnya sampai tiba sebuah masa.

S. DIAN ANDRYANTO

Penulis #sayabelajarhidup

Bagikan :

Advertisement