NYALANYALI.COM, Jakarta – Embroidery (Bordir atau Sulaman) adalah metode dekorasi sebuah kain dimana designnya dijahit bersama benang berwarna atau benang rajutan. Biasanya keindahannya dititik beratkan pada keindahan warna dari benang tersebut. Awal seni menyulam ini dilakukan dengan tangan dan dibuat untuk menghias pakaian-pakaian bangsawan atau kaum ningrat, lho.
Namun, makin berkembangnya zaman, kini produk embroidery bisa dibuat untuk apa pun, salah satunya patch atau hiasan dinding.
Agustine Siseliwati adalah pemilik usaha Embroidery dari kota Bogor, yang memulai karir usahanya sejak pensiun dini akibat dampak krisis moneter di tahun 1998. Dengan belajar fashion design di Rumah Mode salah satu perancang ternama selama 1 tahun dia mulai membuka Boutique di rumah sendiri, dengan dibantu oleh 2 orang anak tuna rungu untuk menjahit busana yang pada saat itu customernya masih dari lingkungan atau tetangga sekitar.
“Agustine Embroidery” akhirnya berdiri pada tahun 2001, dengan jumlah tenaga kerja 11 orang, menciptakan jenis usaha baru dan pemanfaatan potensi, serta peluang kerja bagi sumber daya manusia dilingkungan setempat.
“Kami menyediakan produk hasil kerajinan tangan dengan teknik bordir menggunakan mesin bordir manual dengan tetap memadukan desain minimalis modern dan etnik Indonesia,” ujar Agustine.
Karena masih menggunakan mesin manual, kendala yang dihadapi Agustine adalah tidak bisa memenuhi pesanan dengan cepat. Untuk itu dia harus bersinergi dengan pelaku usaha sejenis.
Agustine telah mengikuti beberapa pameran dalam negeri, antara lain Trade Expo Indonesia, Inacraft, Indo Craft, International Furniture & Craft Fair, Asean Women Cooperative & Sme’s Expo, Asian Games Palembang, dan Kriya Nusa.
Pameran luar negeri yang pernah diikutinya, antara lain Asian Expo London (Inggris), Index (International Decoration Expo) Dubai (UEA), Decorex (Decoration Expo) Johannerberg, Afrika Selatan, B2B di Bulgaria, Malaysia dan Singapura.
Agustine juga mengembangkan produk-produknya agar dikenal di mancanegara. Ada beberapa produk akhirnya dapat di export ke Riyadh – Saudi Arabia, Kuwait dan Dubai.
Dari pengalaman pameran-pameran di dalam dan luar negeri serta pelatihan-pelatihan tentang export, pada tahun 2017 Agustine mendapat penghargaan berupa Smesco Award 2017 dari Kementerian Koperasi dalam Kategori Entrepreneur Inspiratif Berorientasi Export.
“Penghargaan ini menambah semangat bagi kami untuk mengembangkan usaha ini lebih baik lagi,” ujarnya.
Selama kondisi pandemi saat ini, omzet Agustine Embroidery mengalami penurunan drastis hingga mencapai 80 persen, namun masih bisa mengerjakan beberapa produksi yang hanya untuk pelanggan domestik saja. Dan demi untuk tetap mempertahankan keberlangsungan usaha menjadi lebih baik Agustine melakukan regenerasi kepada salah satu anaknya Agustiandari Mayadewi (Dede) dengan harapan agar usaha makin berkembang penuh inovasi, dikenal dan bisa menampung lapangan kerja lebih banyak lagi.