NYALANYALI.COM, Kisah – Baginya kreativitas adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda untuk membangun sebuah kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negera. Ia juga pernah bersepeda dari Cirebon sampai Madura untuk menebarkan virus gemar membaca.
Pemuda ini lahir di Cirebon pada tahun 1989. Ia adalah salah satu pegiat leterasi di kota kelahirannya. Pada tanggal 22 Oktober 2015, dia mendirikan pustaka berjalan yang dinamai Safinatunnajjah, artinya perahu keselamatan.
Ia adalah Miftahudin, lebih dikenal dengan nama Emik. Seminggu dua kali, Emik membawa Safinatunnajjah berkeliling ke sekolah-sekolah. Di hari Minggu pagi Safinatunnajjah mangkal di tempat lari pagi untuk menjajakan buku-buku bacaan gratis.
Emik hanya menamatkan pendidikannya di sekolah dasar. Namun, samangatnya untuk terus belajar mendorongnya melakukan perjalanan keliling Nusantara menggunakan sepeda ontel yang dipinjam dari temannya. Pada 1 Agustus 2016, dia mulai melakukan perjalanan dari Cirebon hingga Madura seorang diri. Perjalanan ia tempuh hampir tiga bulan, dengan bermodalkan uang sebesar Rp 400 ribu.
Ia melakukan hal ini untuk membudayakan minat baca khususnya di kalangan anak-anak. Emik menerapkan metode belajar sambil bermain kepada anak-anak yang singgah di lapaknya. Ia juga sering mengajak anak-anak untuk membuat kerajinan dari bahan-bahan bekas. Metede ini cukup ampuh menarik perhatian anak-anak untuk mampir ke lapaknya. Sepanjang perjalanan berkeliling nusantara, Emik biasa membuka lapak di sekolah-sekolah atau Taman Baca Masyarakat (TBM).
Buku yang Emik bawa sebanyak dua kardus mie, dikemas dalam kantung bekas karung goni yang telah dimodifikasi agar mudah untuk dibawa dalam perjalanan. Buku-buku tersebut berasal dari donasi teman-teman Emik diberbagai daerah. Buku-buku yang ia bawa dibagi menjadi dua. Ada yang untuk dijajakan pada lapaknya dan ada pula yang didonasikan lagi ke TBM.
Di sepanjang perjalanannya, untuk istirahat Emik biasanya singgah di masjid-masjid, emperan toko, pom bensin, tempat relawan, maupun di TBM. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tak jarang Emik harus mengamen.
Emik berkata, “Buanglah sampah pada pikiranmu!”
Masyarakat desa tempat Emik tinggal masih minim pengetahuan dalam hal mengelola sampah. Bahkan kebiasaan membuang sampah sembarangan dianggap hal biasa. Permasalahan sampah ini membuat Emik berserta kawan-kawannya bergerak untuk memberikan pendidikan tentang bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar.
Ide mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bernilai jual, ia pilih untuk mengurangi sampah yang nenumpuk. Didaurulanglah sampah korek gas menjadi mainan anak-anak, sampah kayu menjadi alat cetak sablon, dan kaleng-kaleng bekas minuman menjadi lukisan relief.
Daur ulang sampah ini sedang Emik kembangkan agar menjadi sebuah kreativitas yang bernilai ekonomis. Tujuannya tidak lain agar masyarakat lebih kreatif, inovaitif, dan tentunya bisa menyejahterakan diri sendiri beserta lingkungannya. Emik pun saat ini sedang menekuni seni relief aluminium. Berbagai macam bentuk ia buat, mulai dari hewan, tumbuhan, gedung, hingga manusia.
IIM HALIMATUS SADIYAH
Buku #sayabelajarhidup ke-11 Nusantara Berkisah 02: Orang-orang Sakti (2019)