NYALANYALI.COM – 8.716 kilometer dari sini. Di Gaza, anak-anak menuliskan namanya di bagian tubuhnya.
Nama-nama indah dan bermakna yang diberikan umi dan abi, untuknya agar dikenakan sepanjang hidupnya. Bukan sebatas kenangan, tapi lekat dalam dirinya. Nama yang bisa disebutkan siapapun yang mengenalnya.
Anak-anak menuliskan namanya di bagian tubuhnya. Entah siapa yang memulainya. Mereka saling membantu menuliskan nama teman dan saudaranya dengan alat tulis seadanya dan yang tersisa.
Tentu biasa saja, jika anak-anak mencoret nama di tangan, kaki, bahkan perut mereka. Tapi di 8.716 kilometer dari sini, tak biasa adanya. Anak-anak menuliskan nama di bagian tubuhnya karena kematian begitu terasa dekat dengannya.
Bukan hanya mati. Mereka paham benar rudal-rudal bangsat itu bisa mencerai berikan anggota tubuhnya. Itu sebab, mereka tuliskan namanya jika akhirnya mati, tubuh tak utuh lagi, orang masih akan ada yang mengenalinya dengan nama yang ditulis di bagian tubuhnya.
Anak-anak di Jalur Gaza bukan main game, petak umpet, masak-masakan, main bola atau berlari-larian lagi. Mereka tengah bermain dengan kematian. Hari ini atau esok mereka sadar malaikat maut menjemputnya.
Anak-anak telah berpikir tentang kematian, di usianya yang baru melek soal kehidupan.
Anak-anak menuliskan namanya di anggota tubuhnya, bukan gaya-gayaan. Itu penanda untuk dirinya. Jika mati, ditemukan dan dikuburlah atas namanya.
Didoakanlah namanya agar surga menjadi tempatnya. Tempat indah dan damai, tak ada perang biadab lagi, tak ada tangis kehilangan lagi, tak perlu lagi menulis nama di anggota tubuhnya hanya untuk dikenali setelah mati.
Anak-anak ribuan banyaknya telah pupus harapan hidupnya, di sana, di sebuah tempat 8.716 kilometer jaraknya dari Jakarta.
S DIAN ANDRYANTO