NYALANYALI.COM, Opini – Kita sudah di tahun 2021. Banyak harapan bertebaran di setiap sudut hati manusia meraih perubahan lebih baik dalam hidupnya di tahun yang baru nanti. Tak urung juga banyak orang berlomba membenahi kekurangan dalam dirinya dari tahun sebelumnya.
Meski 2020 lalu, merupakan tahun yang paling menyuramkan karena adanya pandemi Covid-19 yang merupakan kiamat kecil bagi kita semua umat manusia seluruh dunia, namun tak mengurungkan harapan lembaran baru untuk meraih kesejahteraan kembali pada dunia yang sehat dan damai di 2021 ini.
Mengingat kembali, di luar pandemi Covid-19 tak sedikit juga bencana demi bencana yang tak luput menghantam di tahun 2020. Seperti hal nya di negara kita sendiri Indonesia, kerap kali terjadi bencana banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang dan abrasi, kekeringan, gempa bumi, serta erupsi gunung api. Semua bencana ini berdampak banyaknya korban jiwa serta kerusakan tempat tinggal.
Namun jadikan semua bencana ini menjadi apresiasi kita semua untuk selalu merangkul dalam simpati dan empati serta muhasabah diri dalam berserah diri dan melakukan yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Selain bencana alam, tak sedikit juga musibah yang terjadi pada sebagian pribadi orang perorang. Seperti kecelakaan, kebakaran rumah tinggal, pembunuhan, pembegalan, pencurian bahkan skandal narkotika dan pornografi yang juga menjadi bencana pribadi untuk keluarga yang mengalaminya. Semua hal ini merupakan pelajaran kita bersama untuk lebih waspada dan terus berserah diri pada Allah SWT untuk selalu berharap ridho dan perlindunganNya. Karena sesungguhnya kenikmatan dunia hanya bersifat sementara dan kematian itu abadi yang tidak ada satupun diantara kita tahu kapan kematian menjemput kita.
Mari kita beradu dalam meningkatkan diri untuk memperbaiki kualitas kehidupan di tahun baru nanti tanpa melupakan pemilik dunia semesta. Seperti yang dikatakan dalam hadist : Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat),” (HR. Al. Baihaqi).
Di sisi lain bencana, tak sedikit juga konflik berakibat pertikaian yang terjadi di tahun 2020. Seperti salah satunya konflik politik pribadi 2020, konflik agama mengenai adanya kasus penodaan agama di Indonesia, perbedaan pendapat dengan peraturan dalam kebebasan beribadah di masa pandemi, serta beberapa konflik sosial seperti salah satu nya penolakan revisi UU KPK dan KUHP, penolakan RUU Omnibus Law, naturalisasi sungai Ciliwung dan beberapa konflik sosial lainnya. Berharap di 2021 nanti tidak adanya konflik lagi yang dapat memecahkan suasana kedamaian di negeri tercinta ini.
Tak hanya konflik secara nasional. Konflik secara pribadi dalam orang perorang pun kerap kali terjadi sehingga menimbulkan pertikaian seperti kesalahpahaman dan perbedaan pemikiran antar keluarga, teman, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggal. Sering kali pertikaian kecil ini memecahkan suasana hati hingga menyebabkan perdebatan dan permusuhan. Hanya hati dingin dan ikhlas yang selalu dapat menyaring kebenaran yang ada sehingga kita bisa terlebih dahulu berdamai pada hati kita sendiri agar tetap mendamaikan suasana yang keruh tanpa memperpanjang perdebatan. Karena sejatinya musuh terbesar dalam hidup adalah hati kita sendiri. Maka dari itu teruslah bersihkan hati dalam muhasabah diri agar bisa berdamai dengan polemik di lingkungan.
Banyak pelajaran yang di dapat dari tahun ke tahun. Banyak harapan juga setiap menyambut tahun baru. Pembenahan diri dari waktu ke waktu harus diniatkan untuk dapat direalisasikan secara nyata yang tak luput juga diiringi doa. Lepaskan belenggu kehidupan yang kerap kali membuat penat. Pecahkan suasana duka cita menjadi suka cita. Sambut gempita pergantian tahun baru dengan pengepakan resolusi waktu yang lebih baik dan bermanfaat. Kepakan resolusi 2021 dengan semangat perjuangan tanpa melepaskan doa.