KULTUS INDIVIDU

NYALANYALI.COM – Menggemari sesuatu hal yang lumrah dilakukan oleh setiap insan. Sebagaimana role model sosok yang digemari tersebut secara ideologi, gaya hidup serta aktivitas kesehariannya. Menggemari atau lebih populer disebut “ ngeFans” bisa dikultuskan sebagai acuan dalam keseharian memaknai hidup.

Kadar menggemari lebih tinggi atau reaksi lebay juga timbul terhadap individu. Kata Henry Manampiring penulis buku Filosofi Teras menggemari atau nge-fans sekali terhadap selebriti, tokoh idola, termasuk pemimpin (bisa politik, agama, atau bidang lainya). Kultus individu (rasa rormat berlebihan) timbul ketika kita mulai men-Dewa-kan seseorang, sehingga yang terlihat oleh kita darinya hanyalah yang baik-baik saja. Dia tampil bagakan sosok yang sempurna.

Kemudian, ketika belakangan orang tersebut melakukan kesalahan, atau tidak menunjukan yang sesuai dengan ekspektasi kita, maka ada reaksi ambyar “patah“ tidak sesuai dengan ide-ide sebelumnya. Respon menghadapi kenyataan diluar yang kita duga, sebenarnya kita sudah lebay juga. Kadar objektivitas bukan subjektivitas dalam melihat dan menilai sosok yang digemari tersebut.

Stoisisme melihat fenomena kultus individu dengan kerangka dikotomi kendali, seharumnya jawabannya sudah jelas. Siap-siap menghadapi tatkala yang diidolakan ternyata mengecewakan. Ngga perlu lebay, gusar, gabut, lebih parah lagi nangis guling-guling, jika kita selalu mampu mengingat bahwa kehidupan tokoh idola ada diluar kendalki kita.

SANTANA JA DEWA

Bagikan :

Advertisement