Yankes Juga Manusia dan Punya Keluarga

NYALANYALI, Kisah – Sudah seminggu ini sosok kurus tinggi penuh senyum dan santun berbaju dinas cokelat tak lagi terlihat berjibaku di wilayah ini. Dengar kabar, ia sedang isolasi mandiri di rumahnya. Sejak dinyatakan positif Covid-19, pria bernama Sigit memilih untuk melakukan Isoman di rumahnya. Telpon dan pesan online ku tak dibacanya.

Sigit adalah salah satu pelayanan kesehatan dari Puskesmas Sudimara, Tangerang Selatan yang dua bulan belakangan ini harus pontang panting mengurusi pasien covid 19 dengan varian baru yang tengah marak. Bersama 3 rekannya, Kamal, Herlis dan Dana. Merekalah ujung tombak untuk beberapa kelurahan yang ada di sekitar. Melakukan kunjungan pemeriksaan ke rumah pasien yang terpapar, melakukan penjemputan serta memasukan ke rumah lawan covid yang masih tersedia atau Rumah sakit terdaftar untuk penanganan Covid terus dilakukan hingga malam hari bahkan dini hari.

Apa kabar dengan anak istri mereka yang menunggu di rumah dengan perasaan cemas?

“Ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kami sebagai pelayanan kesehatan, mau bagaimana lagi,” Ucap Sigit. Peluh yang menetes selepas Hazmat tak digubris nya. Bahkan mandi disinfectan setelah kunjungin dari rumah pasien terpapar pun kerap dilakukan. Swab antigen selepas dinas pun tak bisa diabaikan. “Demi kemanusiaan Om,” Begitu jawabnya membesarkan hatinya. Jangan tanya berapa bayaran atau gajinya.

Segelas kopi yang tersuguh dihabiskannya dengan cepat.  “Ada panggilan lagi Om, mau ke RT 04 ada yang bergejala lagi, pamit ya Om,” ujarnya selepas menandaskan kopi yang tinggal ampasnya.

Baginya peluh itu bukan hal lebay yang harus jadi topik perbincangan, tapi bagaimana penanganan pasien segera dilakukan agar tidak menjangkiti lainnya.

Seolah berkerjaran dengan waktu. Sigit tetap menguatkan mental pasien dengan mengkerdilkan gejala yang mereka rasa. Karena menurutnya penguatan psikologis mampu mendongkrak imun agar pasien tetap berpikir positif walau dirinya positif Covid.

Sama halnya dengan Kamal, pria gempal yang santun dan penuh canda ini. Tak bosan-bosan mensosialisasikan agar warga mematuhi protokoler kesehatan dan menghimbau untuk melakukan vaksin. “Kalau ditanya soal peluh dan bagaimana kekhawatiran keluarga, silahkan berempati sendiri. Karena kami garda terdepan dalam penanganan Covid ini,” Katanya sambil berseloroh, “jangan dibikin tegang om, takut imun turun hahaha…”

Herlis dan dana pun memiliki tugas yang sama, mereka akan mensteril rumah pasien yang terpapar, termasuk lingkungan sekitarnya. Herlis dan Sigit akhirnya harus terpapar Covid 19. Dan kini berangsur pulih. “Tak ingin mengingat apalagi menceritakan bagaimana rasanya virus itu menyerang tubuh mereka. Tapi untuk Nyalanyali.com mereka memaparkan bahwa kondisi badan lemas, dan tulang serta sendiri merasa linu, pusing berkepanjangan dan jalan sempoyongan menjadi pengalaman sakit yang tak ingin berulang.

Mereka membagikan pengalaman bagaimana sulitnya mendapatkan RS atau fasilitas isolasi di RS atau bangunan yang ditunjuk pemerintah dalam penanganan Covi-19 ini. Ada juga pengalaman tentang sejumlah masyarakat yang acuh terhadap protokoler kesehatan.

“Seandainya mereka tau, bagaimana khawatirnya istri dan anak-anak kami. Bisakah mereka berempati akan beratnya resiko yang kami tanggung dalam menangani pandemi ini,” kata Herlis.

Kita semua hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT segera meniadakan virus ini di dunia. Yuk kita peduli! Yuk kita saling bahu membahu agar pandemi segera berhenti dan tak ada korban lagi. Aamiin

ABDUL BASYIT

Bagikan :

Advertisement