NYALANYALI.COM, Kisah -Apa jadinya jika dua negara ini tak berkawan. Dua pimpinan besarnya tak berteman. Porak porandalah kawasan.
Dua sahabat menemui jalan takdirnya sendiri.
Satu didera digilas kebencian begitu dendam hingga tak terlihat lagi satupun kebaikannya. Sampai tiada, dijauhi orang yang dulu merapat dan meratap agar bisa dekat dengannya.
Satu kini mejadi simbol pemersatu dan bangkitnya kembali semangat berbangsa, di usia sangat senja, 92 tahun. Dulu dijauhi pula, kemudian rakyatnya menyadari juga perlu simbol satunya bangsa.
Bagai abang adik mereka di masanya. Kehilangan salah satunya, ketika satunya tiada.
“Kita semua akan pergi….” kalimat itu muncul dari bibirnya yang bergetar. Pasti terbayang segala suka dan dukanya memimpin bersama negara besar, bertetangga damai pula.
Hidup begitulah jalannya. Tak pernah diduga bagaimana alur ceritanya, karena bukan kita yang membuatnya.
Mahathir dan Soeharto, dua karib pada masanya. Saling tahu tak sembunyi langkah. Hingga kehilangan salah satunya. Tapi melekat dalam hatinya. Sahabat sejati tak pernah mati.29 Mei 20218
S. DIAN ANDRYANTO
Penulis #sayabelajarhidup