NYALANYALI.COM, Kisah – Pak Dion namanya. Usianya sekitar 60 tahun-an. Ia selalu kuandalkan mengantarkan putera sulungku menuju gerbang sekolah saat suamiku tidak di rumah. Pekerjaannya sebagai tukang ojek di bilangan Galur, Jakarta Pusat membuat ia mampu menafkahi keluarganya hari ke hari. Ia mampu bertahan di tengah maraknya ojek online saat ini.
Kalau sudah naik ojek Pak Dion harus sabar, tak boleh marah. Karena jalannya pelan-pelan, apalagi kalau penumpangnya ibu dan anak. Sangat berhati-hati dia. Suka naik darah juga kalau sedang ingin mengejar waktu. Masuk angin sudah menjadi kesehariannya. Pagi hingga malam berada di jalanan antar sana, antar sini, kadang tak makan itu hari. Jika tak dapat penumpang, ya pulang kerumah kontrakannya saat siang hari. Istirahat bersama anak istri, lalu mulai mangkal lagi. Terik dibabat, hujan dilibas.
Membeludaknya ojek online yang ada saat ini tak membuat semangat Pak Dion agak kendur. Tak seperti tukang ojek lainnya, ia tak ikut-ikutan men-sweeping para ojek online. Santai saja ia menunggu penumpang. Baginya rejeki sudah diatur Yang Maha Kuasa. Bertahun-tahun ia setia dengan profesinya, sampai dua anaknya kini sudah lulus sekolah dan bekerja. Tinggal satu lagi tanggungannya yaitu anaknya yang paling kecil, yang masih bersekolah kelas 2 SMP.
Pak Dion orang sederhana. Tak macam-macam harapannya. Bisa makan sehari-hari dan bayar sekolah anak, sudah senang bukan kepalang. Tak seperti kita yang banyak rencana. Ketika di tengah jalan badai melanda, kita pun kerap murka. Tak seperti Pak Dion yang selalu menerima apa adanya.
ARNELIA TRIWARDINI – Jakarta
Buku #sayabelajarhidup ke-9 Nusantara Berkisah 01 (2018)
BACA:
Selamat Jalan Apih