NYALANYALI.COM, Kesehatan – Ini bukan yang pertama Rizal menerima guyonan dari teman-temannya. “Wah, tambah gemuk, proyek lancar ya.” Begitu canda mereka tiap kali bertemu. Tentu saja Rizal patut bangga, karena dugaan itu benar adanya. Proyek lancer, kantong menggelembung. Tubuh tambun menjadi pembenaran kesuksesannya.
Namun sekarang pandangannya tentang gemuk yang diartikan dengan kemakmuran berubah, tepat setelah dia membaca berita dari BBC News. “Being significantly overweight is linked to a wide ranger of health problem, including: heart disease, high blood pressure. Arthritis, diabetes, same cancer, etc.” seketika itu juga Rizal merasa ada yang salah dengan tubuh tambunnya. “Mungkinkah efek dari kegemukan seseram itu?” tanyanya, membatin.
Menurut Dr. Endang Darmoutomo MD, MS, ketakutan Rizal tadi sangat beralasan. Mengingat dari timbunan lemak tersebut sejumlah penyakit dapat bersarang di tubuh seseorang. Kegemukan yang berlebihan atau obesitas menurut medicinenet.com adalah chronic condition defined by an excess amount body fat.
Meskipun memang definisi kegemukan itu berbeda-beda bergantung dari sudut mana memandangnya. “ Hanya orang salah menafsirkan istilah obesitas sebatas kelebihan berat badan. Padahal yang dimaksud obase adalah kelebihan lemak tubuh yang mengakibatkan gangguan kesehatan,” kata ahli gizi klinis dari Siloam Gleneagles Hospital, itu.
Lemak memang dibutuhkan untuk menyimpan energi, sebagai penyerap guncangan maupun penyekat panas serta beberapa fungsi lainnya. Pada pria, jika lemak tubuh lebih dari 25%-30 % dari berat badan maka bisa dikatakan mengalami obesitas. Angka 25%-30% di dapat dari dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.
Banyak faktor yang meningkatkan seseorang rawan terhadap obesitas. Sebut saja genetik, konsumsi makanan berlebihan, faktor psikologis, metabolisme tubuh dan beberapa macam jenis penyakit yang menyebabkan penimbunan lemak. Seperti yang dituturkan Endang, kebanyakan obesitas dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat.
Disadari Endang, meningkatnya kasus obesitas terutama di Indonesia karena semakin majunya teknologi yang memungkinkan seseorang untuk berdiam diri lebih lama. “Banyak dari mereka yang terlalu mengandalkan fasilitas teknologi. Misalnya, hanya ke lantai dua tapi memilih naik eskalator, mengganti saluran televisi dengan remote control. Jadi energi yang dihasilkan dari lemak tidak digunakan secara maksimal, padahal energi tersebut diproduksi setiap hari,” ujar Endang. Ia menambahkan, obesitas dapat membuat seorang yang baru berumur 28 tahun terserang stroke.