NYALANYALI.COM – Kami memulai perjalanan sekitar pukul 21:24 dari Jakarta. Beekendara di malam hari ke arah Tangerang lalu ke Mauk, dan berhenti sejenak untuk istirahat dan minum kopi di Tanara.
Perjalanan pun berlanjut dengan kanan- kiri sawah yang tidak terlihat, dan musang yang tiba- tiba menyeberang jalan cukup mengejutkan.
Gelapnya malam tanpa penerangan jalan membuat lampu jauh kami bekerja lebih dari seharusnya.
Sampailah kami di Pelabuhan Merak, Banten dan menunggu kapal feri datang. Mas Katab dan Mas Brengos sempat terlelap di atas perairan Lampung sedangkan saya terjaga entah untuk apa. Menyeberang Selat Sunda, malam gelap.
Pelabuhan Bakauheni menyambut, hari masih gelap. Kami menyempatkan untuk isi bensin dan Mas Brengos menjalankan ibadah salat subuh.
Jalur gelap di kala subuh membuat lampu jauh kami kembali bekerja lebih dari biasanya. Perubahan warna langit mulai terlihat saat kami berada di daerah Kaliandan Lampung Selatan.
Dan, sedikit demi sedikit warna gelap berubah pelan-pelan menjadi terang. Itulah di mana kami melihat laut dengan pulau kecilnya begitu menakjubkan bagi mata kami di jalanan yang dekat gapura “Selamat Datang Kota Bandar Lampung”.
Sesampai di kota, kami langsung sarapan di warung makan Bu Chichi. Kami bersantap dengan sukacita.
Setelah beristirahat, kami lanjutkan perjalanan menuju Kota Agung dan berencana berhenti saat Mas Brengos menunaikan ibadah salat Jumat. Sesampai di Kota Agung, kami singgah di warung depan masjid.
Ibu warung menanyakan perihal perjalanan kami dan menceritakan bahwa dua bulan yang lalu ada orang tewas dimakan harimau di daerah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Padahal, itu jalur kami.
Mas Brengos bergidik, Mas Katab seakan tak percaya. Setiap ibu warung menceritakan detil korban, Mas Katab selalu menoleh ke saya dengan menyeringai seakan harimau-harimau itu tanggung jawab saya.
Kemudian, perjalanan berlanjut. Motor saya Njoto terengah-engah di tanjakan Sedayu. Setelah tanjakan selesai, masuklah kami di TNBBS jelajah harimau. Saya celingak celinguk kanan kiri atas bawah mewaspadai pandamgan bila ada harimau. Hutan itu seperti sangat besar dan tiada habisnya. Yang kami jumpai monyet hutan yang terkadang duduk di tengah jalan.
Kami temui pula truk kontainer yang jatuh hingga hampir menutup jalan. Pohon tumbang yang menutup setengah jalan. Dan akhirnya gapura selamat jalan pun terlihat tanda selesainya jelajah hutan lindung itu. Kami pun lega, karena harimau tidak akan menyerang sekelompok serigala.
Jumat, 2 Agustus 2024
YUSSI HILEL