Havana Brown (02): Saat Angelique Berubah Nama Ras Kucing Langka

NYALANYALI.COM – Setelah bertegur sapa sebentar. Saya memperkenalkannya dengan Edward Maya yang akan memuncaki acara.

Di artist dressing room belakang panggung. Kami melanjutkan perbincangan. Dari yang ringan tentang kesukaannya gaun evening dress Karl Lagerfeld. Atau busana Pierre Balmain dengan cuttingan yang berani tapi style selaras-menurutnya. Sampai ngobrol gamelan. Dan sempat membahas kemungkinan memasukkan unsur gamelan Bali yang dinamis kedalam musiknya.

Sambil bertutur, beberapa kali tangannya menyibakkan rambut blondenya. Dan kalau blond biasa disamakan dengan sensualitas. Kali ini saya merasa pirang namun terang akal. Akhirnya ia balas bertanya, artis-artis siapa saja yang sudah saya promotori.

Suara gladi resik Edward Maya menyusup lirih. Ruang artis memang dibentengi kedap suara. Mendadak suaranya memecah keheningan.

“Boleh saya request sesuatu nanti malam ?” tanya Havana menodong.

Deg, jantung saya seraya mau copot. “Wah, apalagi ini,” ucap saya dalam hati.

“Kalau memungkinkan pasti kami penuhi,” jawab saya ragu.

“Saya ingin melihat penampilan Edward Maya. Kalo bisa duduk di balkon pas di tengah,” kata Havana. “Biar bisa mempelajari penampilannya,” ujarnya, melanjutkan.

“Ooh ok, nanti akan direserve the best spot. Buat 4-5 orang cukup ?” tanya saya.

“Lebih dari cukup. Makasih,” senyumnya mekar. Bibir basahnya merekah.  Sayapun lega.

Pada saat itu tembang Stereo Love  Edward Maya sedang memuncaki tangga lagu dansa diberbagai negara. Belum lagi hitsnya yang lain Desert Rain dan This is My Life.

Baca:
https://nyalanyali.com/havana-brown-01-dj-seronok-kaliber-wahid-dari-benua-kangguru/

Tak bisa dipungkiri permintaannya menambah kekaguman saya padanya. Tak segan menyimak penampilan pelantun lain untuk pembelanjaran.

Bayangkan, seorang pendendang yang sudah berduet dengan Pitbull di lagu We Run The Night. Atau komposisi  lainnya yang selalu muncul di hot lists rave party seperti Get It serta City of Darkness. Menjadi entertainer  berbagi panggung tur Australia dengan impresario kaliber Britney Spears, Rihanna atau Chris Brown. Dan, ia sendiri sudah tersohor. Ternyata tak segan terus menggali .

Saya berusaha mengingat penghibur  Indonesia yang memiliki gelora yang sama. Konsistensi sepadan. Aah, mungkin hanya segelintir.

“Kalo tidak jadi DJ, ada cita-cita lain ?” mata eloknya menerawang sebentar.

”Jadi animal cop. Menyelamatkan kucing atau anjing,” jawabnya lugas dengan tatapan berbinar.

 Ia memelihara anjing gembala border colie. Saya membatin, mungkin ratusan kaum adam berfantasi. Ingin diselamatkan oleh animal cop rupawan.  Jiwa-jiwa muda liar butuh penebusan. Aa…aa…aa…bahkan mungkin siap mengeong dan melolong.

Sebelum kembali ke ruang panitia, ada rasa penasaran yang membutuhkan jawab.

“Nama Anda di paspor Angelique Meunir. Kenapa pilih nama panggung  Havana Brown?”

“Bagi saya Angelique seperti nama malaikat suci. Bagus tapi menurut saya kurang sexy di dunia showbiz,” kata Havana sambil tertawa kecil (Havana Brown sendiri sebenarnya nama sejenis kucing ras langka).

“Yup, setuju. Angelique langsung mengingatkan dengan bidadari suci barbaju putih turun dari langit. So, pilih panggilan Havana Brown mau jadi Good Girl Gone Bad yaa ?” kata saya, ngawur.

Noo…” nada protesnya sedikit meninggi. Bola mata hijau tua indahnya membeliak.  Pipinya bersemu dadu.

“Cuma bercAnda. Have a great show. Wish you luck. See you after the show !” kata saya sebelum ia menjelaskan lebih lanjut. Sambil beranjak pergi.

NANDI PRODJO

Bersambung : Havana Brown (03)

Bagikan :

Advertisement