Semangat Sedulur, Masyarakat Bulu Cina Berjuang Keluar dari Jerat Rentenir

NYALANYALI.COM, Deli Serdang – Ibu R, seorang ibu rumah tangga bercerita tentang kesedihan yang dialami kakak kandungnya. Kakaknya saban hari diteror rentenir. “Kakakku terlilit utang kepada empat rentenir. Dia tidak tau bagaimana mengembalikan pinjamannya itu. Dia seorang janda,” katanya di Bulu Cina, Hamparan Perak, Deli Serdang, belum lama ini.

Ibu R tidak sendiri. Ada banyak warga Bulu Cina yang jadi korban rentenir. Sebut saja, Marni (nama samaran) yang terpaksa harus jual diri demi bisa membayar utangnya kepada rentenir, atau Siti (nama samaran juga), harus lari malam karena tidak sanggup bayar pinjamannya kepada sejumlah rentenir, atau Moni (nama samaran) yang mesti merelakan anaknya putus sekolah karena terlilit utang pada rentenir dan masih banyak lagi.

Fenomena masyarakat di Desa Bulu Cina, yang banyak terjerat rentenir memicu beragam persoalan sosial. Cerita-cerita pilu yang mereka alami mengisahkan kehidupan warga desa yang terjebak pinjaman instan yang alih-alih menolong mereka keluar dari persoalan ekonomi, justru menjerat mereka lebih dalam pada jurang permasalahan baru.

Jerat rentenir ini terjadi di semua dusun di Bulu Cina. Fenomena ini bertolak belakang dengan sejarah Bulu Cina yang pernah masyhur berkat Tembakau Deli. Sayangnya, gara-gara tidak mampu membayar utang, banyak korban rentenir ini harus mengalami berbagi masalah baru seperti usaha tumpur, lari malam, jual diri, anak putus sekolah, hidup berpindah-pindah dan terpaksa menggadaikan barang berharga.

Dedy Hutajulu sedang memaparkan fakta-fakta yang dia temukan soal maraknya rentenir di Bulu Cina saat peluncuran buku Bangun Ekonomi Sedulur. Peluncuran buku itu dilakukan di aula kantor desa Bulu Cina, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara baru-baru ini.

“Kisah-kisa pilu seperti itu mudah ditemukan di Bulu Cina. Itu fakta yang tak terbantahkan,” ujar Dedy Hutajulu, penulis buku Bangun Ekonomi Sedulur.

Dedy mengatakan, masyarakat sangat membutuhkan edukasi dalam menangani persoalan-persoalan ekonomi keluarga. Semangat inilah yang mendorong beberapa anggota masyarakat yang masih sedulur di Desa Bulu Cina untuk saling membantu. Mereka bersepakat membentuk satu kelompok sebagai wadah berdiskusi mencari solusi mengatasi persoalan rentenir yang banyak menjerat masyarakat. Dari serangkaian diskusi maraton yang dilakukan, kemudian tercetuslah ide mendirikan Koperasi Bangun Ekonomi Sedulur (BES) yang mereka yakini mampu menolong warga keluar dari jerat rentenir.

Alhasil, koperasi BES yang modal awalnya hanya 920 ribu rupiah ini, dalam enam tahun membengkak jadi 250 juta rupiah. Dengan mengelola dana sebanyak itu, koperasi BES berhasil menyejahterakan 150 orang anggotanya.

Lebih jauh Dedy mengatakan, koperasi BES yang didirikan pada 2012 ini dibangun dengan semangat persaudaraan (sedulur) Kelompok masyarakat di Bulu Cina satu-padu ingin berjuang bersama membangun ekonomi sedulur. Mereka urun dana seribu rupiah per keluarga secara rutin untuk membantu keluarga sedulur yang terjerat utang. Uang hasil urunan ini yang awalnya hanya belasan ribu, kemudian mereka gunakan sebagai modal awal mendirikan koperasi BES. Melalui koperasi BES, KPMD secara perlahan mampu membantu masyarakat yang terjerat kemiskinan.

Dalam enam tahun ini, upaya KPMD melalui Koperasi BES membuahkan hasil. Masyarakat yang awalnya terjerat utang ini, kata Dedy, mengalami perubahan-perubahan positif hingga akhirnya bisa terbebas dari utang-utangnya. Dampak dari kehadiran koperasi BES, jelas Dedy, kita bisa melihat, banyak dari masyakarakat anggota Koperasi BES yang mampu lepas dari jerat rentenir dan kini mereka bisa hidup mandiri secara ekonomi. Salah satunya, Bu Rubikem dengan usaha warung mi sopnya yang dibangun dengan pinjaman dari koperasi BES, atau Kasio, taipan furniture yang sempat terpuruk namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya dibantu pinjaman lunak dari koperasi BES, akhirnya usaha mebelnya bangkit lagi. Dan masih banyak lagi.

Project Manajer GNI Medan Deli Serdang Anwar Suhut menyebut, jerat rentenir di Bulu Cina bukanlah mission imposible untuk ditangani. Masyarakat itu bisa terlepas dari jerat rentenir asalkan mereka bisa mendapatkan akses terhadap pinjaman lunak. “Akses itu yang harus diciptakan. Dan kemudian akses yang diberikan ke masyarakat tentu harus bisa dikelola dengan manajemen yang baik. Bagaimana menciptakan akses ekonomi dengan bunga rendah bagi masyarakat miskin, itulah yang dicetus oleh koperasi BES,” ujar Anwar.

Lebih jauh Anwar mengatakan, hanya dengan modal urunan awal seribu rupiah di awal berdiri, kini koperasi ini telah menghimpun dana sedikitnya Rp 250 juta. Dan jumlah anggota aktif mencapai 150 orang. “Sebagai lembaga yang fokus mendampingi KPMD dan Koperasi BES sejak awal, hal inilah yang ingin kami pastikan, sehingga mereka memiliki kemampuan mengelola setiap sumber daya yang ada,” kata Anwar.

Salman, Koordinator Bidang Program Desa dari Kementerian Desa merasa terinspirasi dengan kemampuan masyarakat Bulu Cina menghadapi persoalan-persoalan kemiskinan melalui Koperasi BES. Menurutnya, BES benar-benar koperasi yang memperjuangkan nasib masyarakat desa. Ia berharap, pemerintah desa Bulu Cina sebaiknya merangkul masyarakat-masyarakat yang berdaya seperti koperasi BES.

“Ke depan, ketika disoundingkan dengan pemerintah desa, harapannya, ada dukungan dari pemerintah, agar koperasi ini semakin berkembang dan manfaatnya semakin bisa dirasakan masyarakat luas,” kata dia.

Inong, Perwakilan Dinas Pertanian Deli Serdang memuji isi buku Bangun Ekonomi Sedulur yang berani mengangkat fakta-fakta soal fenomena rentenir yang marak di Desa Bulu Cina, Kamis, 22 September 2022. Ia juga tertarik mendaftarkan sekitar 16 kelompok petani (sekitar 700 orang) untuk bergabung dengan koperasi BES.

Sementara itu, Inong, perwakilan Dinas Pertanian Deli Serdang memuji sepak terjang KPMD dan Koperasi BESnya. Inong tertarik dengan model perkoperasian BES yang sangat menjawab persoalan masyarakat. Karena itu, secara terbuka, ia mengajukan mendaftarkan dirinya beserta 16 kelompok tani bawahannya, yang terdiri dari 700 petani, untuk bergabung dengan koperasi BES. “Dan menurut saya, buku ini menarik dan enak dibaca,” kata Inong. (*)

Bagikan :

Advertisement