Aku lahir disini, di kampung berlumpur, berduri
Aku belajar merangkak juga disini
Aku tumbuh besar juga di sini
Dan aku belajar, akhlaq, dan dari bodoh hingga sedikit mengerti
Sebelum aku tahu dan mengerti
Apa arti hidup dan mati
Aku kepompong kosong tak berarti
Aku hanya punya wadah jazad, tapi akal pikiranku seolah mati
Guru ngajiku yang tak bergaji
Kau tuntun tangan-tangan kecil kami
Dengan sabar, telaten dan sabar hingga kami menjadi mengerti
Mengenal huruf demi huruf, dan mengenal Tuhan, akhlaq dan jati diri
Kau tak pernah berharap imbalan dan di beri
Dari para orang tua dan santri-santri
Untuk menanggung hidupmu dan keluargamu sehari-hari
Engkau ikhlas hati, hanya mengharapkan ridho “lLLAHI” dengan hidup berdagang kadang jua bertani
Tapi mengapa banyak dan ada saja yang tak suka dan benci
Walau tak pernah mereka layani dengan emosi
Dia hanya berharap anak-anak itu paham dan mengerti
Tak terbesit secuil perasaan di dirinya ingin di puji.
Jakarta 26 November 2020