NYALANYALI.COM – Lima hari lalu sampai di rumah sebuah buku yang telah lama awak cari, “Yo Paramita Abdurachman: Perempuan Mendahului Zaman, in Search of Living Traditions and Art”. Diterbitkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Yayasan Obor Indonesia (YOI) 14 tahun silam, buku ini mengisahkan seorang perempuan yang membuat Tan Malaka jatuh cinta pada 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Bapak Republik Indonesia itu tiba-tiba muncul di rumah Menteri Luar Negeri pertama RI, Achmad Soebardjo, di Jalan Cikini Raya Nomor 82. Sebagai sesama mahasiswa yang pernah kuliah di Belanda, Soebardjo mengajak Tan menginap di rumahnya.
Di situlah ia bertemu Yo, keponakan Menlu yang jago main piano Schubert. Tan kerap memainkan
Schubert dengan biola ketika kuliah di Belanda.
“Tapi dikau juga harus seperti Rosa Luxemburg,” kata Tan kepada Yo dalam jilid pertama buku Harry Poeze, “Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia (Agustus 1945-Maret 1946)”, yang juga diterbitkan YOI bersama Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde (KITLV).
Rosa aktivis Partai Komunis Jerman sekaligus teoritisi Marxis yang dalam pergolakan revolusi Indonesia dijadikan Tan teladan tokoh perempuan bagi Yo.
Mereka pernah dibui bersama di Jogja dan Jawa Tengah. Otobiografi Tan Malaka yang mempesona, “Dari Penjara ke Penjara”, diketik Yo saat di sel. Ahli sejarah Asvi Warman Adam yang mengantar buku Yo dan pernah menjadi mentornya di LIPI menulis, kepada Prof.
Poeze yang menemuinya pada 1980, Yo mengaku mencintai Tan. Bahkan, sejarawan AB Lapian mengungkapkan info dari Profesor Kenichi Goto bahwa dari arsip Universitas Waseda-Jepang, yang membeli manuskrip Iwa Kusuma Sumantri, Tan dan Yo telah bertunangan.
Buku ini bukan hanya tentang Yo yang tak menikah sampai wafatnya pada 1988, seperti juga Tan yang membujang hingga ditembak mati di kaki Gunung Wilis, Selopanggung, Kediri, pada 1949. Buku ini juga memuat tujuh tulisan Yo, dari warisan kolonial Belanda, Cirebon, sampai Batik Indramayu. Kecuali tulisan tentang Batik Cirebon, semua berbahasa Inggris.
Ini buku kedua almarhum, sesudah “Bunga Angin Portugis di Nusantara” yang diterbitkan LIPI & YOI 2008.
RAMDAN MALIK