Bidak Catur yang Keras, WFM Christine Elisabeth

NYALANYALI.COM, Kisah – Tine, Lisa, Christine adalah nama panggilan untuk WFM Christine Elisabeth. Nama panggilan tersebut tergantung siapa yang memanggil dan di mana dia berada. Di komunitas catur, nama kerennya adalah Tine. Ketika seseorang menyapanya dengan Tine, maka si penyapa pasti orang catur.

Kejurnas Catur Surabaya 2007 adalah titik awal Tine tertarik untuk belajar catur. Saat itu bocah yang masih berusia 5 tahun dan masih bersekolah di TK ( Taman Kanak-Kanak ) BPK Penabur Gading Serpong, mengikuti kakaknya Christopher Timothy pergi ke Surabaya. Di aula asrama haji Sukolilo, gadis mungil ini melihat begitu banyak orang yang bermain catur dan dia mulai memegang buah catur.

Saat itulah dia mencoba menjalankan bidak catur dan ketika disuruh untuk memakan buah catur lawan, “Aku nggak mau makan, keras!” jawabnya dengan mimik muka lucu dan polos. Semua orang yang mendengarnya tertawa terpingkal-pingkal.

Ketika kembali ke rumah, rasa penasarannya untuk belajar catur semakin membara. Sebagai orang tua, kami mendukung keinginan Tine tersebut. Kemudian gadis cilik ini bersama sang kakak belajar catur bersama MN Chaeruman ( alm ). Keseriusan berlatih sejak usia 5 tahun tersebut terlihat dari hasil pertandingan pertamanya di Open Turnamen PERCAGROS CUP tahun 2007.

Tine berhasil meraih Juara 1 kelompok Yunior dan kakaknya meraih podium ke 2. Semangatnya untuk berprestasi semakin menyala-nyala, berbagai Open Turnamen mulai diikutinya. Hingga Juli 2008 sewaktu ada kejuaraan dunia “World School Chess Championship” di Singapura, Tine berhasil meraih medali Perunggu. Itu adalah medali pertamanya mengikuti kejuaraan pertama kali di luar negeri.

Sejak itu, Tine mulai aktif di dunia percaturan sebagai atlet catur DKI Jakarta. Dengan bimbingan dari pengurus dan pelatih di DKI, prestasi Tine mulai bersinar.

Kami mengundang pula beberapa pelatih catur untuk membimbingnya dan mematangkan permainan gadis cilik ini, diantaranya MN Samuel Ramlan, MN Armansyah (alm), MN Yoseph Majella, MN Aries TLS, MI Salor Sitanggang (alm).

Berbagai kejuaraan di luar negeri seperti di Singapura, Beijing, Malaysia, Vietnam, Macau, Srilangka, Thailand, India dan Shanghai pernah diikutinya.

Turnamen di dalam negeri seperti O2SN, Japfa dan Kejurnas menjadi langganannya. Sekarang gadis cilik ini telah menjadi seorang remaja dan berkuliah di Universitas Tarumanagara Jakarta melalui jalur prestasi.

Dikarenakan pandemi, tahun 2020 adalah tahun tanpa pertandingan tatap muka, hampir semua turnamen dilakukan secara online.

Dalam 3 tahun terakhir prestasi yang diraih Tine cukup membanggakan. Gadis tinggi semampai ini berhasil menyabet Juara 1 Kejurnas U15 di Bogor ( 2017 ), Juara 2 Kejurnas U19 di Banda Aceh ( 2018 ) serta Juara 1 Kejurnas U17 di Ambon ( 2019 ).

Di tingkat internasional, Tine berhasil meraih 1 norma WIM ( Woman International Master ) dan gelar WFM ( Woman Fide Master ) di Shanghai tahun 2018 ketika menjadi Juara 1 Eastern Asia Chess Championship U16. Selain 1 Emas, Tine juga meraih 2 Perak di kota terbesar di Cina tersebut.

Kejurnas 2018 yang diadakan di Serambi Mekah Banda Aceh, Tine yang saat itu berusia 16 tahun bermain di kelompok U19 untuk menguji kemampuannya. Hasilnya sangat menggembirakan, dia berhasil meraih medali Perak.

Tahun 2017, selain menjadi Juara 1 Kejurnas U15 di Bogor, gadis remaja itu berhasil pula meraih 1 Emas, 1 Perak dan 1 Perunggu di ASEAN Age Chess Championship yang diselenggarakan di Pahang Malaysia.

Desember 2017, dengan biaya swadaya Tine bersama tim yunior DKI ( Akbar, Leo, Gilbert dan Ade Krisna ) berangkat ke Ahmedabad Gujarat India untuk mengikuti turnamen yang bergengsi “World Youth Chess Olympiad ( Under 16 )”. Mereka berhasil menduduki peringkat ke 8 dunia, sebuah pencapaian yang luar biasa, mengingat pesertanya berdatangan dari Rusia, India, Iran dan negara-negara catur lainnya dan banyak yang bergelar GM.

Di Kejurnas Ambon tahun 2019, Tine kembali berhasil menyabet Medali Emas di U17. Di tahun 2019 itu juga, di turnamen Eastern Asia Chess Championship yang diadakan di Bangkok Thailand, Tine berhasil mempersembahkan 1 Medali Emas dan 1 Perunggu bagi Merah Putih.

Pelatih Tine saat ini adalah FM Syarif Mahmud. Sekali-sekali, Tine juga berguru kepada Sang GM Garcho (Susanto Megaranto). Semua pelatih tersebut yang membentuk gaya permainan catur Tine saat ini dan menjadikannya dapat berprestasi.

Di waktu senggangnya, Tine suka berolahraga renang, bulutangkis dan yoga agar stamina fisiknya tetap prima. Gadis penyuka makanan dan drama korea ini mempunyai mimpi untuk segera mendapatkan gelar WIM nya.

Semoga keadaan membaik dan turnamen tatap muka dapat segera diadakan agar Tine bisa mewujudkan mimpinya.

DENNY WIDYA – Jakarta

Bagikan :

Advertisement