Transformasi Mi yang Menggoda Selera

NYALANYALI.COM, Kuliner – Perjalanan sejarah mi atau mi seakan menjadi teman seperjalanan bagi peradaban manusia. Adonan tipis dan panjang yang digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih ini memang dikenal sebagai salah satu kuliner dengan sejarah yang panjang.

Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi. Meskipun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.

Mi merupakan sebuah nama yang dikenal masyarakat umum. Orang Eropa menyebut pasta (dari Bahasa Italia) secara generik, dan noodle (Bahasa Inggris) untuk pasta yang berbentuk memanjang. Kendati demikian, di Eropa, bahan baku mi biasanya dari jenis-jenis gandum, sementara di Asia bahan baku mi lebih bervariasi dengan bentuk yang umumnya memanjang.

Berbagai bentuk mi memang dapat ditemukan di berbagai tempat. Banyak sekali bentuk, ragam, maupun cita rasanya. Perbedaan mi ini terjadi karena campuran bahan, asal-usul tepung sebagai bahan baku, teknik pengolahan, maupun bumbu sebagai penyedap rasanya.

Sejauh ini, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara tidak diragukan lagi merupakan tempat tujuan kuliner para pecinta kuliner di ibukota. Di kawan ini banyak tersedia segala jenis makanan, mulai dari makanan khas daerah di nusantara maupun mancanegara. Aneka ragam mi menjadi salah satu kuliner yang disuguhkan.

Soal mi, Kelapa Gading memang menawarkan banyak pilihan. Macam-macam bentuknya. Mulai dari mi ayam, bakmi, soto mi, dan aneka ragam mi lainnya. Boleh jadi, seperti kawasan lainnya, Kelapa Gading merupakan tempat Kuliner khusus bagi penggemar mi. Sejumlah kedai yang menyuguhkan mi sebagai menu andalan bertebaran di pinggir jalan.

Sebut saja bakmi, Kelapa Gading pun menyuguhkan aneka ragam bakmi yang menggoda selera. Mulai dari Bakmi Asiong, Ahong, Aseng, dan sebagainya. Kendati bakmi di daerah Kelapa Gading kebanyakan berbahan dasar daging babi, namun bakmi ayam juga tersedia.

Bakmi Asiong termasuk salah satu wisata kuliner yang perlu dicoba. Kelezatan yang ditawarkan membuat para pelanggannya senantiasa terjerat. Konsistensi rasa dan mi yang dipertahankan dari waktu ke waktu beriringan dengan inovasi yang dilakukan maupun keramahan pihak pengelola.

Ada juga bakmi Siantar Ko Fei yang menawarkan citarasa khasnya. Karena rasa mi-nya memang enak, gurih, dan lembut. Dengan mi yang home made tanpa bahan pengawet, mi ini dibuat dengan menggunakan telur bebek. Walhasil, meski sudah dingin, mi ini rasanya masih tetap enak.

Topping yang ditawarkannya pun beraneka ragam. Mulai dari ayam jamur, ayam kampung dan chasio garing madu yang merupakan special topping yang ditawarkan. Selain itu, bentuk mi-nya juga bermacam-macam, mulai dari mi keriting, mi lebar, bihun, dan kwetiaw. Semuanya dibuat sendiri oleh pemiliknya berdasarkan resep yang dijaga secara turun temurun.

Lain lagi dengan citarasa mi ayam yang juga banyak dijumlah di Kelapa Gading. Mi ayam Ishoku, yang dalam bahasa Jawa berarti “kebiasaanku”, merupakan salah satu kedai yang patut dikunjungi. Bentuk dan rasanya yang menyerupai Mi Ayam Bangka ini memang sebuah warung kecil yang sederhana, tapi tergambar jelas betapa ada bekas-bekas sebuah kebesaran di sana.

Masalah rasa, mi ayam Ishoku ini memang tak terlalu istimewa. Namun, bila Anda ingin sekadar menghilangkan rasa lapar dan mencoba nikmatnya ayam cincang bergaya Bangka, Anda patut mencobanya. Tak mengherankan jika para pelanggannya tetap setia, bahkan terus bertambah dari waktu ke waktu.

Bagikan :

Advertisement