NYALANYALI.COM – Bakda magrib seperti biasa saya tilawah di ruang tamu.
Rumah kami terletak di depan jalan raya yang tentu saja ramai oleh hilir mudiknya kendaraan. Baik roda dua atau roda empat, baik kendaraan pribadi atau kendaraan bisnis alias mobil box atau truk ekspedisi, juga lewat depan rumah kami.
Tiba-tiba terdengar sebuah salam tepat di depan pintu pagar. Setelah mengintip dari balik jendela untuk meyakinkan kalau yang memberi salam itu memang di depan pintu pagar kami, buka pagar rumah tetangga.
“Assalamu’alaikum Bu, saya …bla..bla …bla !”
Seorang anak remaja, yang mengaku sebagai mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi agama Islam di Surabaya minta waktu 3 menit untuk observasi atau apa lah gitu.
Penampilannya mengingatkan saya pada salah satu siswa kami yang kuliah di Brawijaya, meskipun lupa namanya tapi ingat wajahnya.
Kemudian saya ingat dan waspada. Secara orang bertamu bakda magrib, tetangga samping rumah saja belum pulang dari masjid, tetapi tamu ini sudah ada di depan pintu.
Dan melintas bergabai macam pertanyaan di kepala.
“Mengapa harus memilih rumah kami yang pintunya tertutup sedangkan pintu tetangga ada yang terbuka. Dll…dll…dll….”
Bukan berprasangka buruk tapi tak apa salahnya waspada.
Sebab, meskipun saya tidak punya barang berharga, setidaknya tubuh dan nyawa saya tentu sangatlah berharga bagi keluarga saya.
Kembali tentang pertanyaan yang melintas di kepasa saya. Kenapa harus memilih rumah saya? Kenapa tidak ke samping atau ke depan rumah yang pintunya jelas terbuka? Kenapa memilih rumah kami?
Bolak-balik pikiran itu memenuhi kepala saya.
Kemudian dengan segenap waspada, saya bertanya:
“Mohon maaf, apakah sudah minta izin kepada Pak RT atau RW?”
“Oh, belum!”
“Kalau begitu sebaiknya minta izin dulu ke RT kemudian ke RW, nanti baru ke warga. Pasti warga juga akan membantu anda!”
Tak lupa saya memberi patokan arah ke rumah pejabat RT dan kantor RW yang kalau malam ada petugas piketnya.
Sementara posisi saya tetap di dalam pagar yang tidak saya buka.
Nah…dua hari sudah berlalu, sampai sekarang mahasiswa tersebut tidak datang lagi.
Kekhawatiran saya, kalau tidak boleh dibilang takut, saya khawatir yang datang itu MALAIKAT yang sedang mengetes saya. Sementara ketika itu saya dianggap tidak memberikan jawaban dengan baik dan ikhlas, tidak memberikan bantuan dan pertolongan.
Atau orang nyaru dengan tujuan tertentu, seperti pernah ada orang yang mengantar pempek COD (diterima anak saya) padahal saya tidak memesan dan ternyata setelah dibuka ternyata pempek tsb sudah jamuran.
Atau jujur saja, saya takut yang datang itu PENJAHAT!
~
Begitulah cerita tentang tamu saya.
Semoga kita selalu waspada kepada tamu siapapun yang datang.
Orang jauh bisa jadi penjahat.
Orang dekat bisa jadi pengkhianat.
Apa lagi yang kita tidak tau asal usulnya.Mari tetap waspada!
NUNING INDRIASTUTI SUDARMO