SEMUA DEMI NYAI

NYALANYALI.COM, Kisah – Macet sudah. Tak bergerak sedikitpun. Saling silang tak karuan. Mobil, motor, serobot cari celah sempit. Kaki lima, pejalan berkaki dua, hewan empat kaki, saling hilir mudik tak juntrung. Tumpang tindih benang kusut.

Aku lihat kiri-kanan. Cari hiburan daripada memyumpah serapah sejuta kutukan topan badai, kutu busuk, kepiting bau. Ah, doa pun terkabul.

Lelaki tuna netra lewat dengan seperangkat mikropon dan sound system yang digantungkan di lehernya. Suaranya pas-pasan bahkan beberapa kali hanya terdengar gumaman, sementara musik karaokenya sember. Tapi cukuplah menghibur. Di balik ketaksempurnaannya, justru dia satu-satunya orang yang memberikan hiburan diantara wajah-wajah kusam dan merengut lainnya di siang panas, yang macet tak bergerak.

Lagu Cinta Sabun Mandi yang dipopulerkan Jaja Miharja, pun disuarakan.

//Kalau kaca bisa pecah kayu juga bisa patah
Tapi cintaku pada Nyai tak akan bisa berubah
Sampai tua cintaku tak akan musnah//

Satu dua jendela mobil terbuka, tangan terulur, satu dua lembar uang kertas berpindah ke bekas kantong permen yang dijinjing biduan tuna netra itu.

Makin banyak saweran, makin kencang suaranya. Meskipun ia tak tahu berapa banyak orang yang sudah memberikan recehan kepadanya. Berapa banyak pula yang melengoskan kepalanya. Ia terus berjalan terseok, kadang bertabrakan dengan orang lain yang penglihatannya justru masih awas.

Ia terus bernyanyi. Jendela mobil kubuka makin lebar.

//Cintaku kepada Nyai tak seperti sabun mandi
Pabila sering dipakai makin habis kurang wangi
Percayalah cintaku suci ka Nyai//

Lewat di sisiku, biduan pasar ini tanpa ekspresi. Dia terus bernyanyi tak peduli suara klakson mereka yang tak sabar saling berebut riuh. Sayang, tak banyak yang bisa menikmati suara emasnya karena sudah tertutup akibat stres macet yang berpenyakit.

Dia lewat, makin menjauh, suaranya mulai samar, hilang ditelan pasar yang tak ramah. Orang-orang yang tak sabar. Kendaraan-kendaraan yang menggeram seperti mesin penggerus kewarasan.

Aku tutup jendela mobil. Masih terngiang suara vokalis tanpa penglihatan itu. Aku mulai menirukan lagu yang ditembangkannya tadi. Awalnya pelan, lama-lama semangat makin keras. Meski aku sadar falesnya bakal bikin juri lomba nyanyi pingsan.

//Kujual baju celana itu semua demi Nyai
Aku kerja jadi kuli demi Nyai
Walaupun Madonna cantik, Merylin Monroe juga cantik
Tetapi bagiku lebih cantik Nyai//

“Kalau baju dan celana dijual semua, kamu mau pakai apa,” suara di sampingku terdengar. Istriku memandangku. Aku nyengir.

13 April 2016

S. DIAN ANDRYANTO
Penulis Buku #sayabelajarhidup

BACA:
Kho Ping Hoo Menghunus Kisah
Pisang-pisang Bang Belang
Mata Kiri dan Mata Kananmu Tak Sama
Aku Sudah Dirumahkan
Aku dan Rahwana
Apa Kabar Indonesiaku

Bagikan :

Advertisement