Menimbang Rasa

NYALANYALI.COM – Bening gelas mengkilat memanggil tangan menggenggamnya selepas diisi sebuah cairan berwarna putih ada juga yang berwarna tergantung kondisi. Senyum mengambang mekar diantara yang memegang gelas itu, itulah daya sambut menunggu fajar baru. Meski dibuat pusing olehnya tetapi rindu itu tak bisa mengalahkan. Itulah daya tariknya.

Tak bisa dibantah, tak bisa dipersoalkan, tak bisa dicampakkan disana tumpuhan emosi terjadi. Muram jadi ceria, yang gawat jadi landai dan yang tertekan persoalan hidup dinihilkan olehnya. 

Curahan hati spontanitas menjadi rubik dialog terkadang suara agak meninggi itu karena riuh musik memandu kletingan gelas. Perayaan-perayaan ini de Javu berulang-ulang tersaji sedemikian apik. Bedanya, kondisi, ruang serta situasi. 

Fajar lama mendadak redup disambut fajar baru. Sambutan ini saat ini sedikit berbeda kondisi memaksakannya menjadi sederhana, tapi perayaan tetap jalan diruang-ruang secup mengecil. Sekup kecil inilah justru mengakrabkan lebih emosional ketimbang jumlah berjubel. Ruang dialog yang temanya sana-sini yang tak jelas tetapi dibuat jujur setelah dipandu air bening atau berwarna tergantung selera dan cuan.

Air berwarna atau bening rasa memang beda yang menyamakan cuma satu keceriaan. Semesta menyambut lmenghitam rintik-rintik hujan hadir walaupun kehadirannya tidak diinginkan, gelas beradaptasi semakin sejuk olehnya.
Kegelisahan kaki melangkah disuruh berdiam diri. Ya, kaki berdamai dengan dirinya hanya yang bisa dilakukan adalah olah gerak ditempat, hanya gerakan itu harus ada ritme alunan musik. Jika tidak tidak ia (kaki dan tubuh) akan melakukan aksi demo. Biar tak merembet biasanya musik disamakan genrenya, keseharian mungkin diluar itu. 

Langit juga melakukan aksi semakin menggila, hujan datang tak bisa dihentikan itupun bisa dihentikan jika ada hajatan besar dan dilakukan oleh orang profesional dibidangnya. Hujan memaksa mereka penikmat datang fajar dipaksakan untuk merapat. Meski begitu kehangatan menjadi, gelas penuh warna tersaji kembali utuh dan terisi kembali. 

Pikiran diajak treveling kemana-mana. Itulah kehebatan air bening atau berwarna. Menimbang rasa sajian yang bisa dipersembahkan. Tangan juga mulai tak diam, kacang jadi sasaran empuk dijamah ditemani terselip rokok. Asap yang ditimbulkan melengkapi sajian perayaan. Enjury time, dialog, musik, riuh istirahat sejenak karena ini adalah seremonial sejagat. Bibir bersama mengucapkan “lima, empat, tiga, dua, satu Happy New Year”.

Gemuruh serompet bagi yang bawah, kembang api menyala puncak perayaan fajar lama ditinggalkan datanglah fajar baru. Harapan silih berganti masing personal biasanya diucapkan dalam hening diri. Tarik nafas asap mengepul menyambut, riuh puncak perayaan selesai acara tetap berlanjut sampai tak bisa berdiri dengan sempurna. Beraneka tingkah, ada suara ngegrohl keluar memuntahkan apa yang dimasukan dalam perut. Muntahan-muntahan itu bagian dari pelepasan kegundahan. 

Harapan-harapan menjadi doa apa bisa diwujudkan nantinya itu tergantung personal. Hari ini pokoknya menikmati fajar datang. Titik. 

Meski sosial memperingatkan hal itu tak mempan olehnya. Ini perayaan besar yang disambut sejagat. Celotehan yang sempat viral “sekarang mabuk agung besok tobat”. Menimbang rasa yang dilakukan berulang-ulang apakah ada yang serius tobat ? Itu yang jawab adalah diri. 

Denpasar 1 Januari 2022
SANTANA JA DEWA


Bagikan :

Advertisement