NYALANYALI.COM, Kisah – Pada 11 November 2008, Ibu berulang tahun ke-80. Tumbuk, begitu istilah Jawanya yang berarti hari atau weton seseorang dilahirkan sama dengan hari atau weton orang tersebut berulang tahun saat itu.
10 windu hidup di dunia juga bukan angka main-main. Apalagi, jika dikaitkan dengan kondisi saat ini. Karena itu, Abang No. 1 memberi hadiah berupa syukuran kecil-kecilan.
Benar-benar kecil-kecilan, bila dilihat dari ukuran tumpengnya yang mungil, tapi “dikeroyok” banyak lauk. Juga, dari jumlah tamunya di mana Ibu hanya mengundang sepupu-sepupunya, yang jumlahnya makin menyusut. Saat itu, yang hadir hanya 5-7 orang ditambah saya, Kakak No. 4, dan seorang teman saya.
Dalam perjalanan menuju lokasi syukuran yakni di RM Kusuma Sari,Ibu bergumam, “Awakku kok wes kesel banget yo? Apa aku wes arep mati yo Ndhuk?” Saat itu, saya hanya menjawab, “Urusan mati kan hak prerogatif Gusti Allah, Bu”.
Ibu pun terdiam. “Tapi Bu, yen entuk njaluk, kira-kira Ibu pengen seda umur piro?” tanya saya. “83,” jawab Ibu.
“Kenapa ora 85 kaya Eyang?” tanya saya. “Awakku wes kesel,” jawab Ibu. “Tapi Bu, 83 kui 3 taun meneh lho,” kata saya. “Lho kok cepet men yo? Gari 3 taun meneh,” kata Ibu, sambil ketawa terpingkal-pingkal.
“Ngapa to Bu kok kesusu? Mbok aja cepet-cepet. Yen awak kesel, lha aku yo wes kerep kesel,” ujar saya. Ibu terdiam.
***
Selasa, 10 Januari 2012, kami membawa Ibu untuk rawat inap di RS Yarsis. Bukan karena sakit, tapi Ibu melemah dan dokter keluarga menyarankan dengan keras agar Ibu rawat inap agar lebih terawat secara medis.
Dokter RS Yarsis yang memeriksa Ibu untuk pertama kalinya, memberi tahu bahwa Ibu sehat di usia sepuhnya. Hanya, organ-organ tubuhnya sudah melemah fungsinya. Terutama, otot-otot jantung. Dan, uniknya, karena usia pula, gula darah Ibu bisa melonjak sendiri.
Dokter spesialis jantung yang kemudian menangani Ibu, mengatakan akan menguatkan otot-otot jantung Ibu dalam tempo tiga hari. Artinya, untuk urusan jantung akan selesai pada hari Jumat.
Lalu, pada hari Jumat hingga Sabtu, Ibu ditangani oleh dokter spesialis ginjal. Mengingat, ada sumbatan di sana. Sabtu atau Minggu, Ibu sudah boleh pulang dan selanjutnya rawat jalan.
Rabu, 11 Januari 2012, Abang No. 2 yang sangat dinanti-nanti kedatangannya akhirnya datang. Urusan dengan para dokter, saya serah terimakan ke Abang. Tugas saya berganti menjadi mencairkan resep alias bolak-balik ke apotik.
Lantaran ditempatkan di Unit Gawat Darurat, kami harus bergantian masuknya dan tidak bisa lama. Harus steril.
Kamis, 12 Januari 2012, teman sekamar Ibu mendadak terkena serangan jantung dan meninggal. Padahal, beliau sudah layak diipindahkan ke ruang pemulihan.
Hari itu, benar-benar mengerikan. Setelah Malaikat Maut mengambil teman sekamar Ibu pada dini hari, lalu pada jam 10.00, pasien yang mengalami kecelakaan parah dan masuk bersamaan dengan Ibu, meninggal di ruang operasi. Jam 15.00 atau 17.00, pasien yang baru saja masuk karena stroke juga meninggal.
Tiga pasien dalam setengah hari dan banjir tangis di mana-mana…mengerikan dan mengguncangkan. Tapi, ternyata, itu belum cukup. Jam 17.00, Ibu mengalami serangan jantung yang dapat mematikan dalam hitungan detik (dulu masyarakat sering diistilahkah angin duduk).
Meski dapat ditangani, tapi pada jam 21.00, Ibu gagal nafas dan koma. Hingga, akhirnya berpulang pada jam 23.30 atau pada malam Jumat Legi. Saat itu, usia Ibu 83 tahun, 2 bulan.
Hari ini, 12 Januari, sembilan tahun sudah Ibu berpulang. Mohon tambahan doa untuk R.Ay. Hermani Sudiah Lubis binti Nitisudadio.
RUSSANTI LUBIS
Penulis