NYALANYALI.COM, Wonosobo, Rilis – Pada 3 Desember, Hari Disabilitas Internasional, kita seakan diingatkan kembali, bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang bagi seseorang untuk berkarya. Banyak prestasi telah terukir, meski terkadang harus menelan kecewa karena tak jarang menjadi korban eksploitasi beberapa pihak, itulah secuil curhatan mereka.
Berawal dari bercakap santai, akhirnya mereka sepakat menghidupkan kembali ‘wadhah’ yang tlah lama mati suri. Intens mereka bertemu di hari Selasa untuk kembali berkarya, hingga berani mencetuskan ide menggelar acara secara mandiri, berkarya dengan merdeka, menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri.
Tak gampang membangkitkan semangat mereka, dari sekian tahun vakum. Di rumah sederhana bermodel bangunan kuno, dikelilingi alam Gunung Kelir nan asri, mereka selalu berkumpul dan dijadikannya base camp mereka, Forum Disabilitas Garung. Beragam karya siap ditampilkan, dari gantungan kunci berbahan debog pisang, cangkir berbahan bambu, teko berbahan tempurung buah mojo, hingga batik tulis.
Akhirnya pada hari ini, seizin camat setempat acara peringatan digelar di pendopo Kecamatan Garung, Wonosobo, dengan tema ‘Garung Disabilitas Bicara’. Berkomitmen mereka untuk tak menerima bantuan anggaran dari manapun, kesanggupan berswadaya tlah disepakati, “kami capek dijadikan pengemis,” kata Rohmat dan Nunung pengurus FGD. Digelarlah acara itu di tengah situasi pandemi, tanpa mengundang banyak tamu dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Berbagai kiriman video ucapan dan motivasi datang dari kawan berbagai daerah, dirangkum menjadi sebuah video dokumenter yang tampil saat acara berlangsung. Sumbangsih performen juga ditampilkan dari kawan-kawan seniman setempat dan Yogyakarta, mulai dari live acoustic, RAP, tari tradisional, hingga teater.
Dari dan dengan hati mereka berkarya, menepis rasa bahwa dirinya berbeda. Dari kawan-kawan difabel kita belajar hidup tentang rasa syukur. Bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya. Dari mereka kita juga belajar, bahwa sebutan cacat bukanlah dilihat dari fisik semata. Bahwa mental yang bobrok adalah lebih cacat. Sebutan cacat sepantasnya-lah untuk mereka, para koruptor yang selalu merugikan lainnya.