Cara Bersyukur ala Pak Jejen

NYALANYALI.COM, Kisah – Ya, sebut saja namanya Pak Jejen. Pria paroh baya ini datang ke masjid kami di saat yang tepat. Saat kami membutuhkan seorang marbot, karena marbot yang lama mengundurkan diri dan sudah punya pekerjaan lain. Kalau dihitung dari sejak masjid kami berdiri, Pak Jejen adalah marbot kami yang ke-empat. Sebagaimana tugas marbot pada umumnya, maka tugas utama Pak Jejen adalah menjaga masjid dan sarananya agar tetap bersih dan nyaman digunakan untuk beribadah. Apalagi masjid kami baru saja selesai melakukan renovasi. Agar dia nyaman dalam bekerja, baik siang maupun malam, kami sudah siapkan satu kamar ukuran 3X4 meter untuk istirahat dia.

Berbeda dengan marbot kami sebelumnya yang tugasnya hanya terfokus terhadap kebersihan masjid saja, namun berbeda dengan Pak Jejen, setelah selesai membersihkan masjid banyak hal yang bisa dia kerjakan. Sehingga kami, para pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) At-Tamimmah, merasa dapat durian runtuh semenjak Pak Jejen jadi marbot di masjid kami. Ibaratnya seperti beli mobil, kemudian dapat bonus karpet, sarung jok, anti karat, kaca film dan masih ditambah service gratis selama 3 tahun.

Beberapa pekerjaan yang menjadi karya Pak Jejen diantaranya adalah menyulap bantaran kali yang tadinya berupa semak belukar dan pohon bambu, kini menjadi kebun singkok. Tanggul kali depan masjid, yang sebelumnya hanya sekedar gundukan, kini bisa menjadi tempat “nongkrong” yang nyaman. “Saya ingin bukan hanya masjid saja yang rapi, tapi lingkungan di sekitar masjid juga harus enak dipandang,” demikian alasannya.

Selain itu, Pak Jejen juga punya keahlian sebagai tukang. Sehingga tak jarang ada beberapa warga yang minta tolong untuk membetulkan genteng, membersihkan taman, masang coneblock dan pekerjaan tukang lainnya.

Sedang sebagai marbot masjid, dia juga tidak hanya melakukan pekerjaan secara fisik saja, seperti menyapu dan mengepel lantai masjid, membersihkan tempat wudhu, membersihkan karpet serta pekerjaan lain yang berhubungan dengan kebersihan masjid. Tapi dia juga bisa bertindak sebagai muadzin (mengumandangkan adzan) ketika muadzin yang bertugas tidak datang, atau bahkan bisa menjadi Imam Sholat, ketika Pak Ustad yang biasa memimpin Sholat Fardhu berhalangan hadir, juga kadang memimpin doa di beberapa acara yang diselenggarakan oleh DKM.

Tidak sampai di situ saja. Pak Jejen kadang juga diundang untuk memimpin tahlilan di rumah warga. Tahlilan dalam rangka 3 hari, 7 hari atau 40 hari meninggalnya anggota keluarga dari warga sekitar masjid.

Dari berbagai aktivitas itu, tidak menutup kemungkinan “pundi-pundi” yang jadi pemasukan Pak Jejen bisa melebihi para marbot angkatan sebelumnya. Karena yang diperoleh Pak Jejen bukan hanya dari honornya sebagai marbot saja, tapi ada pemasukan dari beberapa sumber lainnya.

“Alhamdulillah Pak. Semua ini merupakan barokah Allah SWT untuk saya dan keluarga,” ujarnya ketika disinggung tentang ringan tangannya Pak Jejen untuk membantu warga. “Saya yakin, apabila kita bersyukur, Allah SWT akan melipatgandakan rezeki yang kita peroleh,” tambahnya.

Dia kemudian mengatakan bahwa dia sangat bersyukur bisa menjadi marbot di Masjid At-Tamimmah, honor memang sudah diatur oleh Pengurus DKM. “Tapi untuk rezeki, saya percaya sudah diatur Allah SWT. Allah gak akan tertukar dalam memberikan rezeki kepada para hamba-Nya,” dia mulai ber-tausiyah. Dia juga menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya, mulai dari berkebun di bantaran kali, membuat tempat “nongkrong” di pinggir kali, sampai membantu warga baik untuk pekerjaan membetulkan rumah atau memimpin tahlilan, ikhlas dia kerjakan. “Saya tidak mentargetkan untuk memperoleh rupiah tertentu di setiap yang saya kerjakan. Yang penting saya ikhlas, urusan rezeki biar Sang Pemberi Rezeki yang mengatur,” tegasnya.

Pak Jejen kemudian bertausiyah lagi. Saya yakin, setiap orang pasti dibekali Allah dengan berbagai kelebihan. Kalau setiap orang sadar itu, gak akan ada yang namanya pengangguran. Rezeki itu tidak boleh ditunggu, tapi harus dijemput. Semakin sering kita menjemput rezeki, maka Allah akan memberikan rezeki yang lebih besar dibanding mereka yang hanya bisa menunggu rezeki.

“Rezeki itu juga tidak selalu ada di kantor, pabrik atau rumah makan. Allah akan memberikan rezeki selama kita bersedia untuk menjemputnya,” jelasnya. Dia mencontohkan, katakanlah orang tersebut tidak punya keahlian khusus. Selama orang itu mau menjemput rezeki, banyak hal yang bisa dikerjakan. Misalnya menawarkan untuk mencuci mobil di rumah orang, menawarkan diri untuk membersihkan saluran di sekitar perumahan, membantu orang pindahan, membersihkan kebun atau taman milik warga, atau menawarkan diri ke Ketua RT bahwa dia bersedia jika ada warganya yang butuh tenaga untuk disuruh apapun yang sifatnya hanya bermodal tenaga. Jadi, untuk menjemput rezeki, tidak perlu keahlian khusus. Yang penting kita mau. “Dan yang lebih penting lagi, dengan pemikiran seperti itu, kita bisa mengurangi angka pengangguran di negara kita,” dia menutup obrolan dengan statement yang gayanya melebihi politisi terbaik di negeri ini.

WASTA GUNADI
Penulis dan Pengajar Kehumasan – Jakarta
Buku #sayabelajarhidup ke-11 Nusantara Berkisah 02: Orang-orang Sakti (2019)

Bagikan :

Advertisement