NYALANYALI.COM, Legenda – “Bang, bagi rokok dong,” pinta Benyamin pada Moenadji, abangnya, pada suatu siang di tahun 1959. “Payah loe, kalau mau rokok kerja dong,” jawab sang kakak.
Kalimat setengah meledek itu menghentak kesadaran seorang Benyamin Suaeb. Tak perlu menunggu lama, dengan bekal ijasah SMA yang diraihnya setahun sebelumnya, keesokan harinya ia telah sibuk mengirimkan lamaran.
Dengan ijasah tersebut, serta keterampilannya memainkan si kulit bundar ia diterima bekerja di Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD). Lamaran tersebut ternyata hanya formalitas. Ia diterima bekerja untuk memperkuat kesebelasan PPD.
“Awalnya ingin jadi tenaga administrasi, tapi tak tahu kenapa malah jadi kernet,” kata Benyamin, suatu ketika.
Meski tak menyangka ijasah SMA yang susah payah didapatnya hanya pantas menjadi seorang kernet, namun ia lapang dada. Dia tetap menjalani pekerjaannya dengan senang hati. Ia semakin berbunga ketika beberapa hari kemudian ia telah mendapatkan nomor induk pegawai (NIP), sebuah fakta bahwa ia telah menjadi pegawai negeri.
Kepolosan Ben, demikian ia biasa disapa, membuat batinnya berontak ketika ia diajak untuk berbuat curang dengan menaikkan penumpang tanpa karcis. Tapi ia tak berdaya karena hanya berada dibawah tekanan sang sopir.
Tak tahan berada dalam kondisi dilematis, Ben memilih untuk berhenti.
Dari berbagai sumber