NYALANYALI.COM – Mata itu bulat, berada dalam kelopak mata yang cekung dan keriput. Selain itu, juga ada lingkaran hitamnya mirip mata panda. Tapi, nyalang seolah-olah penuh kebencian dan kemarahan.
Tiba-tiba, dia…meludah. Tepat saat saya (S) dan Kakak No. 4 (K) lewat di depannya dan melihatnya selintas. Saya langsung tersinggung.
S: Siapa perempuan tua kurang ajar itu?
K: Oh dia perempuan malang. Sudah jangan diambil hati…kasihan.
S: Nasibnya malang karena apa dan siapa kok kita yang diludahi?
K: Nanti kita tanyakan ke orang yang kenal dia.
Kebetulan kami memang akan bertemu dengan Mbak (M) yang mengenal perempuan tua itu. Mbak itu juga kasihan dengannya, sehingga jika perempuan tua itu datang diberinya nasi berikut lauknya yang sebenarnya jatah anak-anaknya, uang yang tidak seberapa yang diperoleh dari suaminya yang tukang parkir, atau biskuit camilan anak-anaknya.
S: Dia ke rumahmu tu ngemis? Baju dan kerudungnya bagus, pake lipstik lagi kok minta-minta.
M: Kasihan. Nasibnya gak baik.
S: Kok bisa?
Si Mbak pun bercerita. Perempuan tua itu semula tinggal di desanya dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Salah satu Kakaknya lalu keluar rumah dan bekerja menjadi pembantu rumah tangga.
Saat kedua orang tua mereka meninggal, si Kakak berinisiatif membawa perempuan tua yang notabene adiknya itu ke rumah majikannya. Maksudnya, mereka akan tinggal bersama dalam satu kamar. Sang majikan mengizinkan.
Dengan alasan si adik lemah (sakit-sakitan), maka ia babar blas tidak mau membantu pekerjaan Kakaknya. Hidupnya hanya makan, tidur, beol, plonga-plongo.
Sampai, sang majikan meninggal. Sementara si Kakak yang mulai menua tidak mampu bekerja lagi. Anak-anaknya berinisiatif ngopeni Ibu mereka. Dibawalah si Kakak oleh anak-anaknya dan meninggalkan adik Ibu mereka di rumah mantan majikan Ibu mereka. Karena, tidak ingin dibebani oleh Bulik mereka.
Anak-anak majikan tidak suka dengan keberadaan perempuan tua itu. Mereka memintanya untuk memilih satu di antara dua pilihan: tetap tinggal di rumah itu tapi bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau keluar.
Perempuan tua memilih keluar. Dia tidak mau bekerja di rumah itu. Tapi, di luar, ia menyebarkan kabar jika diusir oleh anak-anak mantan majikan Kakaknya. Padahal, juga pernah bekerja di sana.
Beberapa Ibu rumah tangga yang terharu dengan ceritanya melaporkan ke Pak RT (Rukun Tetangga). Pak RT minta konfimasi dan setelah mengetahui kebenaran cerita berinisiatif mencarikan tempat penampungan, selain itu juga menggalang dana untuk menghidupi perempuan tua itu. Tidak mengherankan jika dia tampak sehat, kuat berjalan ke sana kemari, perut selalu kenyang, baju dan kerudung bagus, bahkan bisa memakai lipstik.
M: Tapi, ya itu tadi. Dia sering keluar dari penampungan, masuk ke rumah-rumah tetangga minta makan, minta duit sambil cerita yang sedih-sedih. Pernah lho bawa makanan banyak banget.
S: Di penampungan dia tinggal sama siapa?
M: Sekamar sendirian.
S: Trus makanan sebanyak itu untuk.apa?
M: Disimpan. Katanya takut nant mati kelaparan. Padahal, dari tempat penampungan dapat makan tiga kali sehari, setiap hari dia datangi rumah yang satu ke rumah yang lain dan selalu dapat makanan plus duit.
S: Wooo…watake memang ala (Jawa: jelek). Panteslah kalo nasibnya gitu. Anehe kok kayane uripe ora trimo terus. Rupane arep nglethak, nyengit padahal wis sepuh.
M: Wis embuhlah. Kalo sedang ada rezeki ya aku kasih, kalo lagi “mepet” ya kuambil jatah bocah-bocah seadanya.
Catatan: Si Mbak meninggal beberapa waktu lalu. Semoga “sedekahnya” bisa menambah pahalanya…aamiin.
RUSSANTI LUBIS – Jakarta