NYALANYALI.COM, Kisah – Saat kecil, tidak pernah terpikir oleh saya untuk menjadi guru, bahkan dalam otak saya belum ada cita-cita mau jadi apa ketika saya dewasa nanti. Saya mulai memiliki cita-cita untuk menjadi guru menginjak usia remaja. Bagi saya, guru memiliki keistimewaan dibandingkan dengan profesi lain, sehingga saya memilih untuk fokus bercita-cita sebagai guru. Oleh karena itulah saya mantap untuk kuliah di Institut Keguruan. Ternyata cita-cita saya membawa saya untuk mengikuti program SM3T (Sarjana Mendidi di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) dari Kementerian, niat tulus untuk mengabdi di pelosok negeri menjadi bekal saya. Sampai pada akhirnya nasib membawa saya memantapkan diri untuk menjadi Guru Garis Depan (GGD).
Awalnya saya ragu untuk mengikuti GGD, apalagi saat itu saya sudah cukup mapan membagi ilmu di kota kelahiran tercinta di Jepara, Jawa Tengah. Pernah merasakan hidup di daerah 3T sebelumnya membuat saya harus berpikir dua kali untuk kembali merasakan kerasnnya hidup di pedalaman. Namun kesempatan tidak datang dua kali, ketika tidak semua orang mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi GGD, maka saya termasuk orang yang beruntung memiliki kesempatan itu. Artinya saya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut, pikir saya saat itu. Dan jadilah saya mengikuti seleksi GGD yang kemudian meloloskan saya menjadi guru di daerah 3T.
Ketika mendapat pengumuman lokasi penempatan, saya cukup shock mendapat tempat tugas di SMA Negeri 1 Semau Selatan, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT). Saya pun mengumpulkan berbagai informasi tentang Pulau Semau yang terkenal dengan julukan “pulau mistis”. Muncul keraguan untuk melanjutkan langkah sebagai peserta GGD. Terbayang saya berada di tempat yang sangat terpencil dan minim fasilitas. Namun beberapa teman alumnus SM3T yang bertugas di pulau Semau memberi keyakinan pada saya untuk terus melangkah. Akhirnya saya pun memutuskan untuk terus melangkah mengambil tantangan untuk menaklukkan seramnya pulau Semau.
Ketika hari keberangkatan menuju tempat tugas tiba, rasanya berat meninggalkan keluarga, teman, dan siswa-siswa di jepara. Terlebih waktu itu saya baru saja menikmati masa-masa indah kebersamaan bersama istri yang tengah hamil. Berat untuk meninggalkannya tapi tak tega juga mengajaknya sementara saya belum tahu kondisi tempat tugas saya. Namun jiwa mengabdi saya plus bayangan kesejahteraan yang dijanjikan membuat saya dengan mantap mengikuti GGD. Apalagi restu keluarga dan istri turut memberikan suntikan motivasi bagi saya, meskipun pada awalnya mereka juga berat hati melepas saya.
Bulan April saya berangkat menuju Jakarta untuk mengikuti upacara pelepasan GGD. Meskipun teman-teman yang lain menuju Jakarta dengan menggunakan pesawat, namun saya lebih memilih untuk berangkat menggunakan armada bus dari terminal Bangsri Jepara, sekedar agar bisa menikmati perjalanan. Maklumlah itu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di ibukota. Perasaan bahagia dan bangga tak terkira karena akhirnya saya dapat mewujudkan cita-cita untuk melancong ke Jakarta. Saya pun sengaja berangkat lebih awal dari jadwal pelepasan GGD supaya dapat menikmati udara ibukota lebih lama.
Saat acara pelepasan GGD dilaksanakan, bertempat di hotel mewah dengan fasilitas yang wah, membuat saya untuk sejenak dapat melupakan kesedihan berpisah dari keluarga. Pada acara tersebut peserta GGD mendapat banyak ilmu dan motivasi dari orang-orang hebat seperti Kak Iwan Abdurahman Pencipta Lagu Burung Camar, Pak Menteri Pendidikan Anies Baswedan kala itu. Saya tidak pernah terbayang sebelumnya bias bertemu dengan orang-orang tersebut, sungguh membanggakan menjadi peserta GGD.
Tiba saatnya pemberangkatan peserta GGD ke tempat tugas masing-masing. Terlebih dahulu kami dilepas oleh orang nomor satu di negeri ini Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Terbanglah kami kemudian berpencar ke masing-masing tujuan.
Untuk kedua kalinya saya menapakkan kaki di Bandara El Tari sebagai perantau karena sebelumnya saya sudah pernah menghirup udara El Tari saat mengikuti program SM3T. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke LPMP untuk mencari tempat istirahat setelah kegiatan dan perjalanan yang cukup melelahkan. Beberapa hari kami tinggal di kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sembari menunggu panggilan dinas untuk menerima SK sebelum diterjunkan ke masing-masing sekolah. Setelah lama menunggu kira-kira seminggu setelah berada di Kupang kami mendapat undangan dari Badan Kepegawaian Daerah dalam acara penyerahan SK dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). Kami begitu bahagia karena disambut hangat dan ramah. Setelah acara penyerahan SK dan SPMT kami bersiap-siap menuju ke tempat tugas masing-masing sesuai dengan nama sekolah yang telah tertera dalam SPMT.
Sehari sebelum keberangkatan menuju ke tempat tugas. Saya dan teman saya yang mendapat penempatan yang sama, kami menghabiskan waktu seharian untuk belanja alat dapur,bahan makanan seperti beras,telur,bumbu-bumbu dapur dan perlengkapan tidur. Dan hari H pun sudah siap untuk “berperang” menuju pulau kecil di Kabupaten Kupang. Perjalanan menuju Pulau Semau adalah perjalanan yang cukup menyenangkan. Pulau Semau sendiri adalah sebuah pulau kecil yang terletak di bagian barat pulau Timor.
Dari pusat kota Kupang, saya harus menempuh perjalanan sejauh 40 km menggunakan angkutan umum untuk menuju pelabuhan Tenau. Sesampai di Pelabuhan yang cukup indah, saya bersama satu teman sesama GGD harus menunggu kapal berlayar menuju pulau seberang. Setengah jam menunggu kapal mulai dipenuhi oleh tas, kardus berisi sembako, hingga sepeda motor milik para penumpang yang akan menyeberang ke pulau.
Sesaat kemudian awak kapal mengkode agar satu per satu penumpang segera naik ke kapal untuk segera diberangkatkan mengarungi lautan nan indah. Sepanjang perjalanan saya mencoba untuk menikmati keindahan lautan biru dengan terumbu karang yang sayang jika tak diabadikan, jadilah saya sibuk memainkan kamera ponsel untuk sekadar mengabadikan anugerah Tuhan. Pulau Semau masih di depan.

TRI SUSANTO
Guru SMA Negeri Semau Selatan, Kupang, NTT
Buku #sayabelajarhidup ke-9 Nusantara Berkisah 01 (2018)