NYALANYALI.COM, Wisata – Memang tak salah jika memilih Yogyakarta sebagai destinasi wisata. Kota Gudeg ini memiliki banyak pilihan obyek wisata yang menarik. Wisatawan bisa menentukan pilihan tujuan wisata yang disukai.
Yogyakarta pun dikenal banyak memiliki obyek wisata sejarah, seni dan budaya. Sebut saja salah satunya, Benteng Vredeburg.
Sebagai sebuah obyek wisata sejarah, benteng buatan pemerintah kolonial Belanda ini memiliki lokasi yang sangat strategis. Berdiri kokoh di pusat kota, tepatnya di kawasan nol kilometer, membuat benteng ini mudah dijangkau dari berbagai penjuru. Dari Stasiun Tugu atau Jalan Malioboro mencapai benteng ini cukup ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Jangan pernah membayangkan berwisata ke benteng ini akan disajikan bangunan tua lapuk dan kurang terawat. Kondisi Benteng Vredeburg masih sangat baik. Bangunan-bangunan didalamnya pun masih terawat. Boleh jadi, dengan kondisi tersebut, benteng ini bisa dijadikan sebagai contoh dalam merawat dan mengelola bangunan tua bersejarah.
Sejarah berdirinya benteng ini berkaitan erat dengan perkembangan pemerintahan dan kekuasaan Kesultanan Yogyakarta pada waktu itu. Benteng Vredeburg dibangun atas permintaan Belanda kepada Sri Sultan Hamengkubuwono I. Belanda pada saat itu khawatir dengan perkembangan politik dan kekuasaan di keraton yang kurang menguntungkannya.
Berdalih untuk menjaga keamanan keraton dari serangan musuh, pihak Belanda kemudian mengajukan permintaan untuk membangun sebuah benteng yang fungsi sebenarnya adalah untuk memantau setiap gerak kegiatan keraton. Awalnya, bangunan yang didirikan pada 1760 ini dibuat dengan sederhana. Tembok benteng dibangun hanya menggunakan tanah, tiang-tiang penyangga digunakan kayu pohon kelapa dan aren sebagai penguat. Bangunan-bangunan pendukung di dalamnya pun masih terbuat dari bahan bambu dan kayu.
Tahun 1765, Nicolas Hartingh, Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa yang berkedudukan di Semarang, posisinya digantikan oleh W.H. Ossenberch. Atas permintaan Ossenberch kepada Sultan, kemudian benteng ini dipugar. Pembangunan kembali benteng berbentuk bujur sangkar ini memakan waktu hingga 20 tahun (1767-1787). Setelah selesai, benteng ini kemudian diberi nama “Rustenburg” yang berarti “Benteng Peristirahatan”.

Rustenburg kemudian berfungsi sebagai menara pengawas pihak Belanda terhadap Keraton Yogya. Ratusan prajurit dan tenaga medis ditempatkan di dalamnya. Komplek benteng juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, benteng ini sering dimanfaatkan sebagai tempat berlindung para residen yang bertugas di Yogyakarta. Kantor karesidenan pada waktu lokasinya berada tepat di depan benteng ini, sekarang gedung itu menjadi istana kepresidenan.
Gempa bumi yang menghantam Yogyakarta pada 1876 membuat banyak bangunan benteng rusak. Belanda pun segera merenovasi kembali benteng ini, selesai direnovasi, nama benteng ini dirubah menjadi “Vredeburg” yang berarti “Benteng Perdamaian”. Pemilihan nama ini didasarkan hubungan yang terjalin baik antara Belanda dan pihak keraton, keduanya pun tidak saling menyerang.
Seiring perjalanan waktu, kepemilikan dan fungsi bangunan ini juga ikut berubah. Rentang awal pembangunan hingga pada 1830 benteng ini masih berfungsi sebagai benteng pertahanan. Setelah itu, Belanda memfungsikannya sebagai markas militer. Benteng inipun pernah jatuh ke tangan Inggris, namun hanya sesaat. Dalam waktu beberapa tahun, Belanda kembali merebut benteng ini.
Pada masa kekuasaan Jepang, Vredeburg juga dimanfaatkan sebagai markas militer. Tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, benteng ini masih digunakan sebagai markas militer oleh Pemerintah Indonesia hingga 1977.
Setelah 1977, penguasaan benteng ini diserahkan pihak Hankam kepada Pemerintah RI. Sejak 9 Agustus 1980, kemudian ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara.
Pada 1985, bangunan ini kembali dipugar untuk difungsikan sebagai Museum Perjuangan yang kemudian dibuka untuk umum pada 1987. Dan, 23 November 1992 resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional namanya pun berubah menjadi “Museum Benteng Yogyakarta”.
Tembok benteng ini masih tetap kokoh berdiri di tengah Kota Pelajar, tak lekang ditelan zaman.