Alor, Pesona Dari Timur Dalam Fajar dan Senja

NYALANYALI.COM – Kapal Motor Penyeberangan yang bertolak dari pelabuhan Bolok Kupang pada pukul 13.00 sehari sebelumnya, mulai menyusuri perairan Alor, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Jam di tangan baru menunjukkan pukul 05.00 Wita, namun hari sudah terang. Sebuah panorama indah terhampar di depan mata. Sungguh memesona. Kapal terus melaju dalam kelambanannya melintasi Pulau Tereweng, sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang tampak tenang di sisi kanan kapal. Di sebelah kirinya ada Pulau Pantar yang adalah pulau terbesar kedua di Alor yang masih lelap tertidur dibungkus dingin pagi itu.

Pulau Tereweng terlewati, kemudian bertemulah Pulau Pura. Di hari sepagi itu, pulau kecil yang terletak di depan Selat Kalabahi tersebut sudah menantang setiap mata yang memandang. Puncak Gunung Pura dengan kemiringan medan mendekati 90 derajat nan gersang itu tampak angkuh.

Di depan Pulau Pura ada sebuah pulau kecil, Kepa demikian biasa di sebut.  Di selat antara Pulau Kepa dan Pulau Alor ada sebuah fenomena alam yang sangat unik. Pada waktu tertentu muncul arus dingin. Saat muncul arus dingin ini, ikan-ikan akan melarikan diri ke darat. Munculnya arus dingin ini biasanya dalam bulan Februari dan Oktober. Setiap kali peristiwa ini muncul, masyarakat bersama wisatawan menunggu di pinggir pantai untuk mengambil ikan-ikan segar tersebut. Dan, dari tepi pantai Alor mereka menikmati panorama alam sambil menyantap ikan panggang.

Dari ujung pulau Kepa, Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor nampak ramah menyapa. Beberapa saat setelah melewati Pulau Kepa, kapal merapat ke pelabuhan Kalabahi. Aktivitas pagi baru di mulai di kota berpenghuni sekitar 30 ribuan jiwa tersebut. Bukan pemandangan unik di kota kecil itu jika angkutan umum hanya sampai jam 19.00. Pilihan angkutan setelah jam itu hanyalah panser.

Panser bukanlah kendaraan milik tentara dengan senjata perang. Panser ala kalabahi adalah mobil jeep yand dimodifikasi menjadi kendaraan bak terbuka. Hanya dengan kendaraan ini orang bisa mencapai pelosok-pelosok kabuapten paling timur Propinsi NTT tersebut. Jangan heran kalau anda bersama-sama dengan kambing dan ayam dalam perjalanan dengan angkutan unik ini.

Meski sarana dan prasarana terbatas, Kalabahi bisa membuat orang betah berlama-lama  di sana. Terutama bagi mereka yang mencintai keindahan pantai berikut makanan laut, teristimewa ikan. Kota ini terletak di kedalaman sebuah teluk. Di negeri ini, memang banyak kota teluk, seperti Kendari, Jayapura, dan Palu, namun Teluk Kalabahi sungguh memesona.

Pesona Teluk Kalabahi dapat dipandang utuh dari Moro, sebuah desa yang beberapa kilometrer di timur laut kota itu. Hanya beberapa kilometer perjalanan, batas kota terlampaui sudah. Bau tanah di awal musim hujan, menyapa indra penciuman. Tanah merah yang basah, daun kering sisa kemarau yang terkulai diguyur hujan seharian, rerumputan kering yang berbaur dengan tunas rumput baru serta pohon jati yang tampak mulai menghijau, adalah pemandangan yang selalu hinggap di mata sepanjang jalan menuju Moro.

Ketika gerimis perlahan mulai menghilang, kabut tipis nampak berkejaran di langit yang mulai cerah. Dari balik sebuah bukit kecil di batas mata memandang, ada warna-warni yang bersatu membentuk pelangi yang memanjang menggapai langit. Sementara dari lereng sampai puncak bukit yang nampak dari kejauhan, hutan kemiri membentang. Warna putih bunga kemiri yang nampak merata itu adalah panorama tersendiri yang indah menyapa mata.

Beberapa kilometer berselang nampak laut biru membentang di Selat Kalabahi. Permukaan laut bening dan tenang laksana sebuah cermin raksasa. Pada pagi dan senja hari kita bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan yang terapung tenang di atas laut atau perahu motor yang melintas mengangkut penumpang serta barang dari dan ke Kalabahi. Lautnya selalu teduh, tanpa gelombang. Berada di pinggiran pantai Teluk Kalabahi, bagaikan berada di pinggiran sebuah danau yang luas. Sinar mentari senja yang memantul di permukaanya memberikan nuansa indah nan romantis. Beberapa mil di depan nampak Kota Kalabahi pasrah menyambut senja.

CHRISTO KOROHAMA – LARANTUKA, NTT

(Sumber: Majalah MANLY)

Bagikan :

Advertisement