Selamat Hari Antikorupsi, Itu Harga Mati

NYALANYALI.COM, Jakarta –  Rasanya sudah cukup sering mendengar kisah Bung Hatta menolak segepok uang yang disodorkannya saat kunjungannya ke Irian (Papua, sekarang). Dalam Buku Mengenang Bung Hatta, I Wangsa Widjaja yang sudah puluhan tahun mendampingi Bung Hatta sebagai wakil presiden menceritakan kejadian sekitar tahun 1970 itu.

Segepok uang itu adalah uang saku perjalanan Bung Hatta ke Irian, saat itu. Namun, ia menolak keras pemberian tersebut. “Tidak, itu uang rakyat. Saya tidak mau terima. Kembalikan,” kata Bung Hatta menolak amplop yang disodorkan kepadanya karena ia merasa seluruh ongkos perjalannya sudah ditanggung pemerintah. Dan, ia merasa tak berhak menerimanya. “Sekali lagi saya tegaskan, bagaimanapun itu uang rakyat, harus dikembalikan pada rakyat,” kata dia.

Adakah para pemimpin dan pejabat di negeri ini mampu meneladani sikap Bung Hatta? Atau, mungkin tak pernah membaca dan mendengar kisah ini tentang lelaki yang menolak uang saku perjalanannya karena ia merasa itu bukan uang haknya?

Keteladanan Bung Hatta ini relevan dengan tema Hari Antikorupsi Sedunia 2020, “Recover with Integrity”. Integritasnya yang tak perlu diragukan lagi, memilah dengan tegas untuk menjauhi praktek korupsi. Tak tergoda sama sekali.

NyalaNyali.com, merangkum pernyataan beberapa suara dari mereka yang masih mengawal negeri ini dan mencita-citakan Tanah Air ini bebas korupsi. Mereka adalah Halida Hatta, Busyro Moqoddas, Bambang Widjojanto, Novel Baswedan, Irma Hutabarat, Hamdan Zoelva, Nanang Farid Syam, dan aktivis antikorupsi dari Flores Marthen Wungubalen.


Dra. Halida Nuriah Hatta, M.A.
Putri Bung Hatta, Pengamat masalah sosial

“Kita menyimak Hari Anti Korupsi . Mari kita semua  sadar  bersikap dan bertindak jujur. Jangan tergiur yang bukan hak diri kita. Patahkan tindakan korupsi. Taat asas saja dan cermati prosedur yang integritas.” 

Busyro Muqoddas
Ketua KPK 2010-2011, Ketua PP Muhammadiyah

“Negeri yang semakin dijajah korupsi memperjelas fakta bahwa koruptor semakin kejam, tega dan jahat. Rakyat dan SDA (sumber daya alam-Red) dikorbankan. Saatnya elemen masyarakat sipil mempertegas perlawanannya. Apalagi ketika negara dan elit politik semakin mangkir dari tanggung jawab”.

Bambang Widjojanto
Pimpinan KPK 2012-2015

‘Tahun 2020 adalah Tahun Keprihatinan. Sistem kehidupan kita makin menguatirkan dengan imunitas yang rendah karena diserang banyak virus. Salah satu virusnya sudah bercokol menahun dan melululuh-lantakkan nilai-nilai kehormatan dan mendekonstruksi sivilisasi peradaban. Virus ini jauh lebih dahsyat dari Virus Covid 19. Dia tidak mematikan secara langsung tapi mengakibatkan masifitas kemiskinan tanpa henti, bertubi-tubi dan menjadi abadi. Namanya Virus Korupsi dan virus ini bisa membuat sebuah bangsa menjadi terhina dan dihinakan hingga kelak di akhir zaman.

Banyak kalangan, kini, kuatir, disebut positif karena terkena Covid-19 tapi tidak takut terinfeksi virus korupsi kendati dampaknya jauh lebih dahsyat dari Covid-19. Saatnya, tak lagi mendungukan akal sehat dan tak lagi membungkam kecerdasan Nurani. Satukan tekad, luruskan niat, genggam erat keberanian untuk membangun gerakan dan menguatkan keberanian. Jika tidak, virus korupsi akan makin menguat untuk terus bertahta karena ditopang oleh kartel politik, politik dinasti dan kekuatan oligarki. Selamat Hari Antikorupsi, Itu Harga Mati.”

Novel Baswedan
Penyidik Senior KPK
“9 Desember ini sebagai Hari Antiokorupsi Sedunia. Masalah korupsi di Indonesia semakin lama semakin kita rasakan semakin tampak banyak. Ini suatu hal yang  mengkhawatirkan, di masa pandemi, di masa krisis ekonomi ini tentunya harapan negara untuk bisa membantu menjadi betul-betul diharapkan oleh masyarakat. Tapi masalah korupsi di sektor itu menjadi masalah yang banyak dibicarakan baik dugaan terkait dengan dana Covid-19, anggaran prakerja dan banyak hal lain lagi.

Tentunya kita harus terus menjaga semangat untuk mau kritis dan mau peduli terhadap masalah pemberantasan korupsi. Pelemahan KPK yang selama ini berjalan, harus tetap disuarakan agar pemerintah mau paham untuk memperkuat upaya pemberantasan korupsi. Terus bersemangat dan peduli terhadap upaya pemberantasan korupsi.”


Hamdan Zoelva
Ketua Mahkamah Konstitusi 2013-2015

“Hari Antikorupsi, masih korupsi ramai-ramai. Dalam dua pekan terakhir sudah ada dua menteri dan dua kepala daerah serta beberapa pejabat bawahannya ditetapkan sebagai tersangka korupsi dengan cara OTT (operasi tangkap tangan). Nampaknya, Indonesia tidak bisa lagi hanya dengan kampanye simbolik untuk mengurangi  korupsi. Mungkin sebaiknya setiap tahun memperingati Hari Antikorupsi, KPK perlu menetapkan waktu sebulan sebagai rangkaian hari untuk melakukan penangkapan besar-besaran terhadap koruptor, agar Hari Antikorupsi benar-benar bersejarah dan memiliki efek menakutkan.”


Irma Hutabarat
Founder of Citarum Care dan Vetiver Indonesia, salah seorang pendiri KPK

“Belakangan kan banyak pejabat dan menteri yang ditangkap tangan karena korupsi, istilahnya OTT. Sebetulnya OTT itu kan bukan akhir dari pekerjaan KPK atau bukan Cuma OTT saja. Ada beberapa prinsip pemberantasan korupsi yang belum dijalankan KPK. Banyak yang tertangkap, and then what?

Salah satu pilar pemberantasan korupsi adalah perbaikan system, para koruptor yang tertangkap kan selalu merasa dizolimi, apes, mendapat cobaan dari Tuhan dan dalih-dalih yang menyangkal bahwa mereka lakukan korupsi.

Padahal tugas KPK bukan cuma menangkap, namun membuat mereka menjelaskan kepada publik bagaimana korupsi misalkan di DPR  ( Setya Novanto), menteri sosial atau menteri lainnya bisa terjadi.  Siapa saja yang terlibat serta bagaimana pola korupsinya. Agar semua tahu dan kemudian dapat memperbaiki sistem. 

Tiga prinsip korupsi itu adalah penegakan hukum, pencegahan (prevention) supaya tak terjadi lagi, yaitu dengan memeperbaiki system, dan edukasi Publik. Prevention itu sama pentingnya dengan penegakan hukum.

Banyak yang sudah dipenjara, lantas apakah mereka diminta untuk membuka sampai rinci bagaimana korupsi terjadi dan siapa saja yg terlibat? Kan tidak, dipenjara tapi hidup tetap mewah, tetap bagi-bagi uang dan bisa jalan jalan, kan begitu ceritanya di Suka Miskin (Lapas Sukamiskin). Banyak pejabat nggak punya nyali ya, kalau korupsi saja berani giliran ditangkap langsung playing victim”.


Nanang Farid Syam
Penasehat Wadah pegawai KPK

“Hari Antikorupsi itu diperingati untuk mengingatkan kita agar tidak berperilaku koruptif sepanjang hidup kita. Tidak korupsi itu penting, tapi lebih penting lagi tidak menipu rakyat dengan pura-pura bersih.”

Theodorus Marthen Wungubelen, SH
Aktivis Antikorupsi Kabupaten Flores Timur

“Momentum 9 Desember sebagai Hari Antikorupsi hendaknya tidak sekadar dimaknai sebagai sebuah seremonial tahunan. Hari Anti Korupsi seharusnya dimaknai sebagai momentum konsolidasi fundamental konsep pemberantasan korupsi di Tanah Air.

Pranata korupsi sudah cukup memadai. Namun, persoalan bangsa ini dalam pemberantasan korupsi umumnya adalah masih belum terkonsolidasinya kesadaran koloektif APH (aparat penegak hukum-Red), sehingga kita masih saja menemui pilah dan pilih pada pelaku dan kasus.”

TIM REDAKSI NYALANYALI




Bagikan :

Advertisement