SANDAL-SANDAL PADA SUATU JUMAT

NYALANYALI.COM – Sandal-sandal saling bersisian, beberapa di antaranya bertumpukan malah. Bahkan menghadapnya pun tak karuan. Ada yang bergerombol dipojokan seperti alergi dengan sandal lainnya. Pasangannya pun ada yang terpisah, berguling-guling ke lain posisi.

Suatu Jumat. Orang-orang mulai berdatangan, menunaikan salat.

“Hendaklah orang-orang benar-benar tidak lagi meninggalkan shalat Jumat. Atau Allah akan menutup hati mereka sehingga mereka benar-benar menjadi orang-orang yang lalai” [HR. Muslim (II/8650)]. Jika lalai maka segala urusan bakal terbengkalai.

Jumat yang mendung. Bertambah banyak orang datang, bergegas melepas alas kakinya, dari harga ratusan ribu hingga seharga semangkuk bakso, bahkan ada alas kaki hasil pemberian. Ada yang melepas dan menjinjingnya ke penitipan sandal, ada yang melepas begitu saja sambil jalan masuk masjid dengan cepat. Si sandal tak ditoleh sedikitpun.

Bentuknya pun aneka ragam. Ada yang dari kulit asli, ada yang mengkilap di semir, ada sandal jepit baru masih tercium pastinya bau karet, ada pula yang sudah lusuh ditambah pula sodetan sehingga muncul inisial-inisial.

Aku mengira-ngira, sandal ditelapaknya tertulis ABS, mungkin Ahmad Bin Suahmad atau Alim Biar ke Surga, atau Adul Badul Sundul, atau hanya sekadar Asal Bapak Senang seperti yang banyak orang tahu supaya aktualisasinya nyata, ke masjid sekalipun.

Wah ada orang datang, sandal jepitnya antara kiri dan kanan beda warna. Kiri merah, kanan hijau. Jadi ingin tahu apakah itu kiat agar tak hilang, atau pulang nanti sandalnya jadi sewarna, dan pasti ada orang di minggu berikutnya datang dengan sandal yang beda warna lagi.

Ada pula yang datang agak berjinjit, sepertinya sandal yang ia pakai kekecilan. Sebelumnya anak muda pun datang dengan sandal kedodoran. Ada-ada saja.

Riuh barangkali jika sandal-sandal itu saling bicara. Bertemu di satu tempat dalam waktu yang bersamaan. Ada yang bergunjing sampai mulutnya panjang bukan main, ada yang diskusi serius soal ekonomi dan politik persandalan seperti yang di TV.

Ada pastinya yang menepuk dadanya karena ia sandal penting saat ini, sementara sandal lusuh sebelahnya hanya bergumam, “Akan ada masamu nanti seperti aku, pemulung pun tak mau, untuk lempar anjing pun tak mampu”.

Sandal-sandal pada satu Jumat berkumpul. Tujuannya satu, mengantar tuannya menghadap Tuhannya.

Bresssss! Hujan turun tiba-tiba. Air deras diguyur dari langit bercampur tiupan angin yang kencang pula. Sandal-sandal tak bisa lari.

Yang baru dan yang lusuh basah semua. Yang mahal dan yang murah kuyup bersama. Seluruh sandal tak bisa menghindari hujan, meski pun semula ada yang disimpan di bawah atap dan pohon agar terlindung, tak terkecuali basah kuyup kena hujan angin Jumat itu semua .

Siapakah yang bisa menghindari kepastian hidup, meski sudah disembunyikan begitu rapat?

Sandal-sandal semua sama hanya alas kaki saja, tak mungkin dikenakan di kepala jika tak mau dicap sebagai orang gila. Sandal tetaplah sandal meski beda rupa, beda harga. Begitupun kita.

S. DIAN ANDRYANTO
Penulis #sayabelajarhidup

Bagikan :

Advertisement