NYALANYALI.COM – Masa libur sekolah seperti saat ini, seperti biasa, waktunya saya mengajak anak-anak jalan-jalan. Ini bukan rekreasi ke tempat-tempat wahana wisata sebagai istilah lain jalan-jalan. Ini jalan-jalan yang sebenar-benarnya jalan karena tak memanfaatkan moda transportasi kecuali memanfaatkan kelebihan yang Tuhan berikan, sepasang kaki.
“Karena sudah sering ke arah Utara dan Selatan, pagi ini kita ke arah timur ya,” kata saya pada rombongan mini yang berjumlah lima orang, anak-anak saya semua.
“Tujuan kita kemana?” Zhafran, si sulung mengajukan pertanyaan
“Kalau aku ikut saja kemana tujuan bunda,” komentar Zhafira si nomor dua.
“Kita ke tempat service hp dulu ya.”
Jawabku singkat yang bersamaan dengan itu, Zhafran dan Zhafira saling pandang, destinasi yang aneh, barangkali menurut mereka.
Jarak dari rumah sampai tempat yang kami tuju sebetulnya tak seberapa jauh, tapi beberapa kali harus menyeberang jalan besar tentu menjadi pengalaman yang baru dan seru bagi ketiga balita Zidan, Zaida dan Zuraida, si nomor tiga dan sikembar nomor empat dan lima.
Tak sampai setengah jam kami sudah sampai di tempat servis handphone Papyrus Smartphone Service Center, namanya. Letaknya sekitar dua ratus meter dari jalan besar. Suasananya tampak sunyi, sepi.
Tak nampak suasana tempat perbaikan hp kecuali neonbox yang terpasang di depan rumahnya yang asri.
“Kok tau disini tempat servis hp, padahal saya nggak pasang iklan lo,” kata Tutur Ngudiarta, pemilik jasa service hp, menyatakan keheranannya. Dan mengalirlah cerita bahwa saya pernah berkunjung beberapa tahun lalu, karena sekali saja mungkin tak tertangkap di memori. Konon servis disini memuaskan banyak klien, karena itu saya mencoba kemari lagi.
Sepanjang perjalanan pulang kami menjadikan Mas Tutur sebagai topik pembicaraan.
“Aku jadi ingat kata-kata bunda dulu,” Zhafran membuka percakapan
“Kata-kata yang mana?”
“Soal rezeki yang sudah diatur Allah. Tuh tadi Mas Tutur bilang, dia nggak ngiklan, merasa rumahnya tidak strategis, jauh dari keramaian. Eh kita sepagi ini jalan-jalan ke rumahnya dengan membawa hp yang mau diperbaiki”
“Iya ya” jawabku singkat
“Derita kita, bahagianya Mas Tutur,” kelakar Zhafran sambil terbahak
“Ah tidak juga, kalau bukan karena hp yang rusak kan kita nggak sampai sini, tidak kenal dengan sosok Mas Tutur yang piawai dalam otak atik ponsel siapa tau nanti kakak bisa belajar banyak dari Mas Tutur.”
Itu jauh lebih membahagiakan dan rezeki yang tak ternilai dengan nominal,” ujar saya meluruskan kelakarnya. Jujur saja meski pun mungkin sekadar bercanda saya khawatir justru saat itulah malaikat lewat dan mengaminkan kalimat tadi sebagai doa kami.
Percakapan kami di sepanjang jalan pulang membuat rasa bersyukur saya bertambah. Bukan karena Zhafran masih mengingat kata-kata saya. Tapi lebih dari itu, karena Allah memberi kemudahan dalam memberikan pemahaman dan pengertian dihati anak-anak. Karena jika itu bukan karena kehendakNya maka berbuih-buih kalimat yang terucap pun, tak memberi pengaruh apa-apa.
FAUZAH ROMADHON KHOMSAH