Peran Penting Disabilitas Terekam dalam Manuskrip Jawa

NYALANYALI.COM – Bukan suatu hal baru jika saat ini mulai terbuka ruang-ruang untuk penyandang disabilitas, karena sesungguhnya sejak ratusan tahun lalu mereka telah diposisikan begitu mulia dalam peradaban Nusantara. Beberapa sumber tulis kuno menyebutkan, bahwa para pujangga Jawa memberikan ruang khusus dan istimewa kepada mereka dalam karya sastranya.

Kakawin Smaradhana, karya sastra abad 12, berlatar Kerajaan Kediri tentang pencarian Candra Kirana atau Dewi Sekartaji oleh Raden Panji Asmarabangun atau Inu Kertapati. Dikisahkan, dua penasihat spiritual Raden Panji adalah penyandang disabilitas tuna netra dan tuna daksa bernama Bancak dan Doyok, sebagai ahli strategi sang raden. Kisah klasik ini begitu fenomenal, sehingga disadur dalam Kidung Sudamala yang berlatar Kerajaan Majapahit dengan tetap memberikan posisi istimewa kepada sosok Bancak dan Doyok.

Suluk Wujil, karya Sunan Bonang di era Demak Bintoro, berkisah tentang kehidupan budaya, intelektual, dan keagamaan akhir abad 15, yang saat itu Islam sedang berkembang di Jawa Timur. Dalam beberapa pupuh dikisahkan satu sosok mantan abdi dalem Maospati era Majapahit akhir bernama Wujil sebagai penyandang disabilitas daksa yang belajar ilmu kasampurnan kepada Sunan Bonang. Sosok Wujil begitu istimewa, sehingga ia menjadi santri kesayangan dan kepercayaannya sang wali.

Di abad 19 awal, kisah tokoh Sabdapalon atau lebih dikenal sebagai figur Semar hadir di beberapa karya sastra klasik, yaitu Babad Kadhiri dan Babok Kalamwadi (Dharmagandhul) yang berlatar Kerajaan Majapahit akhir – Demak Bintoro. Sabdapalon atau Eyang Semar adalah penyandang disabilitas daksa yang diposisikan sebagai penasihat spiritual dan dipercaya sebagai ahli nujum oleh Brawijaya, raja Majapahit.

Kisah penyandang disabilitas daksa bernama Banteng Wareng dikisahkan pula dalam Babad Dipanegara. Saat Raden Diponegoro berhasil ditangkap Belanda dan menjalankan hukuman pengasingan di Sulawesi Utara, sekitar 1831 – 1832, dibantu oleh Tumenggung Dipowijoyo sekaligus adik iparnya, sang raden terinspirasi oleh sosok abdi setianya yang memiliki jiwa ksatria dan semangat juang tinggi meskipun dengan keterbatasan fisik, sehingga ia menuliskan kisahnya dalam sebuah sastra klasik.

Begitu pentingnya peran difabel dalam sejarah Jawa, hingga akhirnya mereka disebut ‘sang pamomong’, yang artinya pendamping dan pemberi pitutur. Setiap keputusan besar yang diambil raja atau tokoh besar bangsa selalu berdasarkan petunjuk ‘sang pamomong’. Banyak sumber tulis kuno tentang difabel diadopsi bangsa-bangsa asing, hingga akhirnya dalam rentang waktu sangat panjang di Skandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia) mulai mengembangkan pendidikan inklusif pada 1960-an. Selanjutnya, Amerika Serikat di era Presiden Kennedy belajar ke Skandinavia untuk dikembangkan di negaranya. Dan, baru 1991 di Inggris terjadi pergeseran model pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Artinya, peradaban Bangsa Jawa adalah perintis dan pelopor yang ilmunya banyak diadopsi negara-negara Barat.

Di Sidoarjo Jawa Timur, bertepatan Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2023 lalu, sejumlah aktivis disabilitas dan pegiat inklusi sosial mendirikan pusat edukasi, vokasi, advokasi, dan pemberdayaan disabilitas di Desa Pangkemiri, Kecamatan Tulangan. Tempat itu diberi nama Umah Caya, berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti ‘Rumah yang Bersinar’, berharap semua yang tergabung di Umah Caya akan bersinar hati, semangat, dan karirnya.

“Program pertama Umah Caya adalah pemberdayaan disabilitas berbasis seni dan kreatifitas, di antaranya produk batik ciprat, berbagai kerajinan bambu, cangkang buah mojo, dan optimalisasi limbah dari pelepah pohon pisang”, papar Abdul Majid, koordinator Umah Caya dan juga seorang penyandang disabilitas sensorik netra dalam sambutannya di acara pembukaan Umah Caya tempo hari.

“Berbagai purwarupa atau prototype kerajinan juga telah dipamerkan dalam peluncuran Umah Caya, seperti kemeja batik ciprat, speaker aktif dan asbak dari cangkang buah mojo, wallpaper dari pelepah pohon pisang, dan berbagai kerajinan lainnya dari bambu. Program unggulan dari Umah Caya berikutnya adalah edukasi terkait inklusi sosial dan pengembangan sumber daya manusia berupa pelatihan-pelatihan”, jelas Majid yang juga sebagai ketua LIRA Disability Care (LDC).  Lebih lanjut Majid menerangkan, jika Umah Caya telah bekerja sama dengan beberapa pengusaha dan pembudidaya, seperti jamur tiram.

Akan diajarkan bagaimana membuat produk turunannya seperti ice cream jamur, bakso jamur, abon jamur, dan sebagainya. Disediakan pula layanan advokasi dan bantuan hukum bagi difabel dan anggota keluarganya yang membutuhkan pendampingan. Semua layanannya gratis tanpa berbayar.

Rangkaian acara Hari Disabilitas Internasional dan pembukaan Umah Caya pada 3 Desember 2023 di Sidoarjo, Jawa Timur. Dok : pribadi

Dalam pembukaan Umah Caya, sejumlah tamu dan undangan yang datang berasal dari unsur difabel, instansi pemerintah, aparatur penegak hukum, civitas akademika, pengusaha, tokoh budaya, pegiat inklusi sosial, dan masyarakat setempat terlihat antusias menikmati semua sesi acara yang digelar sederhana tapi tidak murahan itu. Diawali dengan ucapan selamat Hari Disabilitas Internasional dan launching Umah Caya oleh beberapa tokoh, salah satunya Mas S. Dian Andryanto dari komunitas #sayabelajarhidup.

Selanjutnya, penampilan manis nan atraktif oleh Kenwii yang membawakan tari Topeng Panji, musikalisasi puisi, serta sarasehan yang mendatangkan ahli budidaya jamur, pakar techno enthusiasm, dan filolog Jawa yang membagikan informasi dari naskah-naskah kuno Jawa tentang peran penting difabel yang terekam dalam manuskrip Jawa sejak abad ke-12.

AGUSTIN ARIANI

Bagikan :

Advertisement