Pekanbaru Dimulai Dari Sebuah Desa Senapelan

NYALANYALI.COM – Menegok sejarahnya untuk menjadi sebuah kota, Pekanbaru harus melalui perjalanan panjang. Awalnya adalah sebuah dusun kecil bernama Senapelan, seiring perkembangannya permukiman ini kemudian dinamai Payung Sekaki. Pada abad 17, dimasa Kerajaan Siak Sri Indrapura, namanya dikenal sebagai Negeri Senapelan.

Sampai akhirnya lewat sebuah musyawarah dari para datuk, disepakatilah nama Pekanbaru. Di awal kemerdekaan, Pekanbaru berubah status menjadi ibu kota Keresidenan Riau, selanjutnya statusnya berangsur-angsur berubah dari Kotapraja hingga akhirnya menjadi Kota.

Lokasinya dibelah oleh aliran Sungai Siak, luasnya 632 km2  dengan penduduk 711.130 jiwa. Pekanbaru cukup sibuk melayani berbagai kegiatan ekonomi, pemerintahan, serta aktivitas lainnya. Sebagai pintu gerbang, ibukota, dan motor penggerak ekonomi Propinsi Riau, kota ini telah memiliki fasilitas layanan umum dan sosial yang memadai.

Pembangunan pun terus digalakkan sesuai dengan visinya untuk Mewujudkan Kota Pekanbaru sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Pusat Pendidikan serta Pusat Kebudayaan Melayu, menuju Masyarakat Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan Taqwa. Sebagai

Selain itu diperlukan pula peningkatan kualitas SDM dengan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, juga mengembangkan kehidupan beragama dan budaya melayu. Yang tak boleh dilupakan juga adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat kota, serta meningkatnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat.

Bercermin pada visi dan misi tersebut, Pemko Pekanbaru telah menetapkan sejumlah rencana dan program strategis pembangunan.  Baik melalui konsolidasi internal untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen aparatur pemerintahan terhadap tugas dan fungsi pelayanan umum, maupun untuk meningkatkan penerimaan daerah. 

Pada sektor pariwisata, disinilah sejarah kejayaan Melayu terukirkan. Ada Taman Budaya Raja Ali Haji dsn Masjid Raya Senapelan. Bagi penyuka petualangan di alam bebas, bisa mengunjungi perkampungan Buluh Cina untuk menikmati suasana hutan tropis. Setiap tahun  pada 9 Agustus, dapat disaksikan atraksi Pacu Sampan yang atraktif di tempat ini. 

Di “Bumi Lancang Kuning”  ini, berbagai permasalahan seperti kemacetan, pembuangan sampah, kriminalitas, kesehatan serta pengaturan tata ruang semakin hari pun makin kompleks. Maka diupayakan berbagai hal untuk menanggulanginya. 

Bagikan :

Advertisement