Legenda Pasar Terapung Lok Baintan

NYALANYALI.COM – Pagi masih menggigit. Butuh waktu sekitar 40 menit berkendara dari Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan ke Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar. Tak ada yang bisa mengalahkan semangat untuk menyaksikan kehidupan masyarakat khas jual-beli di tengah Sungai Martapura. Penjual dan pembeli hilir mudik berkendara sampan. Konon, kegiatan tradisional ini hanya tertinggal beberapa saja di dunia yang masih dijalankan masyarakatnya, itu di Kalimantan Selatan ini dan Thailand.

Tujuan Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura sudah di depan mata. Turun dari kendaraan, kemudian naik sampan yang siap menyatu dalam keriuhan pasar terapung.Sampan pengangkut orang ini, memiliki kontribusi untuk menyeberang warga bukan hanya belanja di pasar terapung tapi juga keperluan lainnya ke seberang. Menyewa perahu bermuatan maksimal 10 orang ini sekitar Rp 200 ribu untuk menikmati pasar terapung yang melegenda ini. Bisa pula membayar per orang, kisaran Rp 20 ribu sekali perjalanan.

Pasar Terapung Lok Baintan bukan satu-satunya pasar terapung di Kalimantan Selatan. Dimana transaksi ekonomi sekaligus sosial warga berlangsung, pun terdapat di Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito, Banjarmasin. Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung (sampan) yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan. Pasar terapung yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar ini  berlangsung tidak lama, sekitar sekitar tiga hingga empat jam setiap paginya. 

Aktivitas perdagangan biasanya dimulai pukul 06.00 sampai pukul 09.30 WITA.  Para pedagang umumnya perempuan dengan memakai tutup kepala (tanggui). Mereka menjual berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, kue-kue tradisional, dan lain-lain.

Di Lok Baintan,begitu banyak perahu-perahu berputar-putar di pesisir aliran Sungai Martapura itu.  Transaksi yang terjadi pun unik, tak ubahnya seperti pasar biasa, tapi ini di atas sungai dan berkendara sampan, yang kerap saling bersenggolan. Bahkan antar-pedagang pun kerap melakukan barter,misalkan penjual jeruk melakukan barter dengan penjual beras atau sayuran. Itu masih berlaku di sini.

Sebagian besar mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan itu sendiri.

Dulu, sempat juga pasarnya pindah ke darat namun kembali lagi ke sungai, karena mayoritas pedagang di pasar terapung menjual dagangannya untuk dijual kembali oleh para pengumpul di pasar-pasar tradisional lainnya, makanya jangan heran ketika ingin membeli jeruk harus satu keranjang tidak bisa per biji. 

Bagikan :

Advertisement