John Lennon (01): Meramal Kematiannya Sendiri

NYALANYALI.COM, Legenda – Hari telah jelang malam. Sebuah limousine berjalan perlahan dan berhenti di depan Apartemen Dakota, Manhattan New York. Tak lama berselang, saat pintu sedan mewah itu terbuka keluarlah sepasang suami istri yang kemudian melangkah perlahan memasuki halaman apartemen.   

Hari itu, 8 Desember 1980 adalah hari yang panjang dan melelahkan bagi pasangan seniman itu. Promosi album Double Fantasy benar-benar menyita energi. Sejak pagi mereka diwawancarai beberapa stasiun radio, kemudian selepas makan siang, menjalani sesi pemotretan untuk Majalah Rolling Stone. Setelah itu, serangkaian wawancara harus dijalaninya. Pukul 22.30, sebuah kabar datang, album Double Fantasy terjual satu juta copy. Tentu itu kabar gembira. Mereka berdua memutuskan untuk melapas lelah. Dengan menumpangi limousine kembali ke apartemen Dakota.

Beberapa langkah setelah pasangan itu memasuki halaman apartemen, sebuah suara memanggil dari belakang. “Mister Lennon.” Belum sempurna, si pria menghentikan langkah karena seruan itu, terdengar tembakan dari pistol Charter Arm kaliber 38 yang digenggam pemilik suara.

Lima tembakan dengan empat peluru tepat sasar cukup membuat John Lennon tumbang disaksikan tatapan bingung sang istri, Yoko Ono. Seorang lelaki yang berada tak jauh dari tempat itu mendekati sang penembak “Apa yang kau lakukan?” ia menghardik. “Aku baru saja membunuh John Lennon,” kata Mark David Chapman, tenang.   

Rentetan tembakan itu membuat dunia menangis. Ingatan orang pun terbang ke belakang. Ia telah meramalkan kematiannya. “Saya akan mati ditembak orang gila,” ujar John Lennon, suatu kali. Mark David Chapman telah memutus perjalanan hidupnya. Sebuah kepergian yang sampai saat ini terus dikenang pecinta Lennon di seantero jagat. Lelaki kelahiran Maternity Hospital, Oxford Street, Liverpool,  9 Oktober 1940 itu tetap akan hinggap dalam ingatan sebagai legenda musik dan pejuang perdamaian, seniman sekaligus propagandis humanisme terpopuler abad ke-20 ini.

Embusan napas terakhir John Lennon saat itu, diperingati para penyanjungnya seantero dunia. Mulai pementasan drama musikal New York’s Great White Way yang digarap Don Scardino di Opheum Theatre San Fransisco, hingga berkumpulnya para penggemar Lennon di Hollywood. Tak sedikit diskusi tentang Lennon digelar pada 8 Desember 2005.

Tak hanya itu, sutradara Jarret Schaeffer, saat ini tengah menyiapkan sebuah film yang menggambarkan peristiwa tragis yang merengut nyawa pentolan The Beatles ini.

Kharisma dan “kenakalan” Lennon terus dikenang seperti pesan perdamaian yang tak pernah lelah diteriakkannya. Meski mimpinya tentang dunia yang damai kian asing di tengah realitas dunia hari-hari ini, semua orang masih berharap akan terwujud, suatu saat.

CHRISTO KOROHAMA
SYARIF HIDAYATULLAH
Dari berbagai sumber

Bersambung: John Lennon (02)

Bagikan :

Advertisement