Fajar Merry Saputro: Lebih Setahun, Adik Saya Hilang Bersama Kru Kapal MV Nur Allya

NYALANYALI.COMHariyanto, juru mudi di kapal kargo MV Nur Allya tak terdengar lagi kabarnya. Hilang kontak, 22 Agustus 2019. Sejak saat itulah ia dan 24 ABK kapal, berdasarkan manifest itu lenyap begitu saja, terakhir kali diketahui tengah berlayar di Laut Halmahera.

“Harapan kami, kalau diduga tenggelam bisa dibuktikan, kalau memang tidak tenggelam, Semoga kru MV Nur Allya dalam lindungan-Nya,” kata Fajar Merry Saputro, kakak sepupu Hariyanto.

Kabar tak ditemukannya kapal kargo MV Nur Allya masih menyimpan misteri hingga kini, setahun lebih. Segala upaya telah dilakukan, anenhnya, bangkai kapal jika tenggelam pun tak ada bekasnya.

Kapal bermuatan nikel 50.000 ton itu berlayar dengan rute Pulau Weda, Maluku Utara tujuan Pelabuan Morosi, Sulawesi Tenggara. Tapi kontak terakhir di Laut Halmahera, kemudian senyap, kabar angin pun tak jelas. Kapal tersebut berangkat dari pelabuhan Sagea, Halmahera Tengah, menuju Pulau Morosi, Sulawesi Tenggara, pada 20 Agustus 2019, dua hari kemudian tak terdengar lagi kabar keberadaannya. Keluarga kru pun mencari tahu, tapi sampai sekarang tidak ada jawaban yang memuaskan.

Dugaan kapal MV Nur Allya tenggelam di perairan sekitar Desa Fluk, Laut Halmahera di kedalamam 843 meter di bawah permukaan laut. Namun, hasil pencarian yang berlangsung hingga September 2019, itu nihil, tak ketemu buktinya.

Fajar terus mencari tahu, kabar sekecil apapun tentang kapal kargo yang hilang bersama adiknya itu. Ia tak putus harapan, meski lebih setahun kejadiannya. Ia dan keluarganya hanya ingin tahu, Hariyanto bagaimana kisahnya. Jika pun berakhir, seperti apa dan di mana kuburnya. Jika di tengah samudera pun, ikhlas sudah semua. Tapi, buktikan saja segalanya.

Hari Yanto, Juru Mudi Kapal MV Nur Allya – Foto Istimewa

Berikut wawancara Redaksi NyalaNyali.com dengan Fajar Merry Saputro, di tengah segala upaya bersama keluarga kru MV Nur Allya lain mencari tahu kejelasan tentang kapal yang tak tentu rimbanya, lebih setahun lalu itu. Berikut kutipannya:

Apa hubungan Anda dengan juru mudi kapal MV Nur Allya, Hariyanto yang hilang setahun lebih itu?
Hariyanto, adik sepupu saya. Hariyanto dalam keluarga sebagai tulang punggung. Sosoknya pendiam dan bicara seperlunya saja. Hariyanto masih lajang belum berkeluarga, namun penuh tanggung jawab dan perhatian kepada saudara. Ia ikut bekerja di kapal Bersama saudaranya sekampung sejak 2011.

Kapan terakhir kontak dengan Hariyanto?
Terahhir saya kontak dengannya, menanyakan kabarnya saya ingat betul pada Juli 2019. Saat itu Hariyanto mengabarkan dalam keadaan sehat walafiat .

Lalu?
Pada 26 Agustus 2019, kakak sepupu saya, Mbak Elly yang tinggal di Tanjung Priok memberi kabar bahwa kapal MV Nur Allya hilang kontak beserta 25 ABK saat perjalanan dari Sagea menuju Morose, Sulawesi, saya dapat infoirmasi kapal itu sedang membawa muatan 52.400 ton nikel.  Informasi tersebut saya dapat melalui Facebook Hariyanto .

Kapal MV Mur Allya – Foto Istimewa

Apa yang dilakukan keluarga setelah hilang kontak?
Setelah mendapat kabar itu, keluarga mencari informasi hanya lewat medsos dan mendapatkan informasi bahwa kapal tersbut milik PT GLS (Gurita Lintas Samudra).

Keluarga yang di Kutoarjo ,Tulung Agung, Lampung, Jakarta, dan Kebumen melakukan komunikasi secara intensif dengan keluarga kru yang lain, yang ikut menjadi ABK kapal MV Nur Allya.

Kemudian, bersama keluarga ABK yang lainnya kami mendatangi PT GLS menanyakan  kabar tentang kapal MV Nur Allya. Tapi tidak ada kepastian.

Apa yang dilakukan PT GLS itu?
Pada 11 September 2019, perwakilan perusahaan PT GLS  yaitu Capt Armein dan Arreth Arpegio berkunjung ke rumah Hariyanto untuk mengantarkan satu bulan gaji Hariyanto dan diterima oleh Ibu Marsinah, ibu kandunnya.

Gaji yang kedua ditransfer oleh Mbak Arreth Arpegio, Namun hak sisa gaji Hariyanto selanjutnya belum diterima Ibu Marsinah .

Keluarga dan Perwakilan PT GLS – Foto Dok. Pribadi

Apakah PT GLS itu melakukan komunikasi selanjutnya dengan keluarga kru kapal?
Pada 3 Oktober 2019 ada undangan dari PT GLS kepada keluarg kru untuk hadir dalam rangka penyampain hasil pencarian kapal MV Nur Allya di Ternate. Namun, karena situasi dan keadaan, keluarga Hariyanto tidak ada yang bisa mewakili di acara tersbut .

Kemudian?
Pada 1 November 2019, PT GLS yang diwakili Capt. Armein dan Arreth kembali berkunjung ke rumah Hariyanto untuk meminta tanda tangan yang isinya mengakui bahwa kapal tenggelam, dengan kompensasi adanya dana talangan asuransi dari PT GLS (dalam berbagai berita disebut dana tersebut Rp 150 juta per awak yang hilang-Red).

Namun dikarenakan belum ada bukti konkret atau visual terkait tenggelamnya kapal MV Nur Allya beserta keadaan 25 kru, keluarga memutuskan belum bisa menandatangani surat tersebut.

Surat Ahli Waris – MV Nur Allya Foto Dok. Pribadi

Benarkah ABK hanya 25 orang, di berita disebut 27 orang? Lantas dua orang itu siapa, ya?
Sebenarnya 27 orang, namun beritanya 25 ABK. Dua orang iotu ABD (anak buah darat) dari Solo, dan keluarga dua ABD itu kami tahu sudah menerima dan menyetujui Dana Talangan Asuransi sejumlah 150 juta.

Penandatangan Surat Ahli Waris – Foto Dok. Pribadi

 Bagaimana selanjutnya?
Pada 13 November 2019 kami mendapat undangan rapat lanjutan pencarian Kapal MV Nur Allya di kantor KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Saya hadir dalam rapat tersebut bersama keluarg kru yang lain. Saat itu dijelaskan bahwa dibutuhkan dana hampir Rp 11 miliar untuk pencarian dan pengangkatan dengan ROV (alat deteksi kedalaman lautan atau Remotely Operated Vehicle– Red).

Hasilnya?
Dari hasil rapat tersebut Bersama KNKT, Basarnas beserta pihak lainnya melakukan pencarian menggunakan MBES pada 16 November 2019, Setelah MBES  (Multi beam Echosounder -Red) digunakan akan menurunkan alat yang bernama ROV , Namun hasil pencarian menggunakan MBES itu, kelurga belum mendapatkan informasi hasilnya secara resmi.

Hingga saat ini, saya dapat kabar, ROV belum diturunkan sebagaimana yang telah dirapatkan di kantor KNKT pada 13 November 2019 itu.

Adakah informasi lain?
Informasi yang kami terima, upaya pencarian oleh Bakamla menemukan fakta yang mengarah pada dugaan terjadinya pidana atau kejahatan. Menkopolhukam Bapak Mahfud MD memerintahkan Kapolri untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan dalam peristiwa hilangnya Kapal MV Nur Ally ini.

Terkait surat Kemenkopolhukam bahwa Bakamla menemukan fakta yang mengarah pada terjadinya tindak pidana, semoga segera terungkap kasus ini, seperti kejelasan yang di butuhkan keluarga kru yang lain juga

Meskipun hingga saaf ini ROV belum diturunkan, keluarga masih penuh harapan dan tiada lelah utk mencari informasi serta kepastian tentang kabar MV Nur Allya beserta krunya.

Kami juga sudah mengadukannya ke Wakil DPR RI komisi V  ketika itu Bapak Ahmad Riza Patria dari Fraksi Gerindra (sekarang Wakil Gubernur DKI Jakarta-Red)

Apa harapan keluarga kru selanjutnya?
Permohonan keluarga kru kalau diduga tenggelam, bisa dibuktikan secara visual agar keluarga mendaptkan kepastian tidak hanya dugaan. Itu saja. kepastian itu sangat penting untuk kami sebagai keluarga.

Doa sebagai tumpuan kekuatan dan harapan kami. Semoga Kapal MV Nur Allya segera ditemukan sehingga keluarga mendapatkan kepastian. Semoga seluruh  kru Kapal MV Nur Allya dalam lindunganNya. Amin.

Bagikan :

Advertisement